PENJELASAN SALURAN PERNAPASAN ATAS / AKUT BERDASARKAN BEBERAPA SUMBER BUKU DAN PENGARANG

Infeksi Saluran Pernapasan Akut

1.      Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang meliputi penyakit saluran pernafasan atas atau bawah dan penyakit ini biasanya menular, dalam perjalanan waktu penyakit ini dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit, baik penyakit dengan tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang berat dan mematikan, tergantung pada pathogen penyebabnya dengan menyerang  tenggorokan, hidung  dan  paru-paru  yang berlangsung  kurang  lebih  14  hari, ISPA  mengenai  struktur  saluran  di  atas laring, tetapi  kebanyakan  penyakit  ini  mengenai  bagian  saluran  atas  dan bawah secara stimulan atau berurutan sumber: (Muttaqin, 2008).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung (saluran atas) sampai alveoli (saluran bawah) termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura), yang disebabkan oleh virus dan bakteri, penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala; tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak (Kemenkes RI, 2012:1). ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari, yang termasuk dalam infeksi saluran napas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran napas seperti paru itu salah satunya adalah pneumonia sumber (Syafrudin, dkk, 2011: 286).

 2.        Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari:
Bakteri               : Diplococcus Pneumoniea, Pneumococcus, Strepococus Pyogenes Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza, dll.
Virus                  : Influenza, Adenovirus, Sitomegagalovirus.
Jamur                 : Aspergilus Sp. Gandida Albicans Histoplasm, dll.
Aspirasi              : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (Bahan Bakar Minyak) tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian) mainan plastik kecil, dan lain-lain) sumber (Kunoli, 2013: 162).

3.      Tanda dan Gejala
Serangan yang terjadi menimbulkan gejala-gejala, sesuai dengan penderita, akibatnya yang mula-mula tampak adalah batuk, disertai demam dan pusing. Temperatur badan tinggi, otot terasa pegal-pegal, terasa sakit pada tenggorokan karena di bawah tulang rahang membengkak dan lembek, serta kondisi tubuh lemah, meskipun gejala ini sering pula tidak terjadi pada penderita lain.
Hampir semua sendi dan otot terasa sakit dan lesu, sedangkan anggota tubuh dan anggota badan lain terasa pegal-pegal. Bila hal ini berlangsung cukup lama, lama kelamaan akan terjadi komplikasi dan berjangkit hebat, sehingga penderita disamping sering batuk-batuk juga akibat kinerja bakteri yang sudah merasuk menyebabkan rasa sakit dan sukar tidur di malam hari sehingga penderita perlu mendapatkan perawatan dan beristirahat sumber (Gouzali, 2011: 47).
Beberapa gejala penyakit ISPA, adalah sebagai berikut :
a.         Pada sistem pernapasan, napas tak teratur dan cepat, retraksi atau tertariknya kulit ke dalam dinding dada, napas cuping hidung, sesak napas napas, suara napas lemah atau hilang, suara napas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras.
b.        Pada sistem peredaran darah dan jantung ditandai dengan denyut jantung cepat atau lemah, hipertensi, hipotensi dan gagal jantung.
c.         Pada sistem syaraf adalah gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang dan koma.
d.        Pada hal umum yaitu letih dan berkeringat banyak sumber (Syafrudin, dkk, 2011: 288).

4.      Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA di bagi 4 (empat) tahap, yaitu :
a.         Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
b.        Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
c.         Tahap penyakit dini : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk.
d.        Tahap penyakit lanjut : dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis, dan meninggal akibat pneumonia sumber (Syafrudin, dkk, 2011: 289).

5.      Sumber Infeksi dan Penyebaran Penyakit
Sumber infeksi adalah semua benda, termasuk orang atau binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada orang.
Mode penularan adalah suatu mekanisme di mana agent/penyebab penyakit tersebut ditularkan dari orang ke orang lain. Penularan ini terjadi melalui beberapa cara antara lain :
a.         Kontak (contact)
Kontak di sini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih sering terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
b.        Pernapasan (inhalation)
Yaitu penularan melalui udara atau pernapasan. Oleh karena itu, ventilasi rumah yang kurang, berjejalan (over crowding), dan tempat-tempat umum adalah faktor yang sangat penting dalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering disebut air borne infection.
c.         Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan atau minuman.
6.      Pencegahan dan Penanggulangan
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada tiga cara pendekatan atau cara yang dapat dilakukan:
a.         Eliminasi reservoir (sumber penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan :
1)             Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
2)             Karantina, adalah membatasi ruang gerak penderita dengan menempatkannya bersama-sama dengan penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk itu.
b.        Memutus mata rantai penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata rantai penularan penyakit.
c.         Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan
Bayi, anak balita dan manusia lanjut usia merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit menular (Notoatmodjo, 2007: 41-43).
Penderita sangat dianjurkan untuk tidak merokok, karena tidak merokok dapat meringankan rasa sakit yang sedang diidap penderita. Menurut para ahli, merokok dapat memperberat rasa sakit infeksi pernapasan ini. Perokok jauh lebih hebat penderitaan yang dirasakannya dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gouzali, 2011: 47).
Sedangkan menurut Syafrudin (2011), pencegahan dapat dilakukan dengan :
a.         Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b.        Immunisasi.
c.         Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan (PHBS).
d.        Memakai masker.
e.         Menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk.
f.         Tidak merokok.
g.        Olah raga secara teratur.

7.        Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA).

8.        Pengobatan
a.          Pneumonia berat : Dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya.
b.         Pneumonia : Diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c.          Bukan pneumonia : Tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti Kodein, Dekstrometorfan dan Antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman Streptococcuss dan harus diberi antibiotik (Penisilin) selama 10 hari (Kunoli, 2013: 163-164).

9.        Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Gangguan ISPA
Menurut WHO (2007) penyebab terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut beberapa faktor. Penyebaran dan dampak penyakit berkaitan dengan :
a. Kondisi lingkungan
1) Polutan udara
Sumber-sumber pencemaran udara dapat dibagi dalam dua kelompok besar, sumber alamiah dan akibat perbuatan manusia seperti berikut :
a) Sumber pencemaran yang berasal dari proses atau kegiatan alam. Contoh: kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi, dan lainnya.
b) Sumber pencemaran buatan manusia (berasal dari kegiatan manusia). Contoh:  Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor berupa gas CO, CO2, NO, karbon, hidrokarbon, aldehide, dan Pb.
c)        Limbah industri: kimia, metalurgi, tambang pupuk, dan minyak bumi.
d)       Sisa pembakaran dari gas alam, batu bara dan minyak, seperti asap, debu, dan sulfurdioksida.
e)        Lain-lain, seperti pembakaran sisa pertanian, hutan, sampah, dan limbah reaktor nuklir (Chandra, 2007: 76).
2) Kepadatan anggota keluarga
Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relative mungkin harus tinggal berdesak-desakan di dalam rumah yang luasnya terbatas sehingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggotanya karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007: 24).
3) Kelembaban
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara disebut hygrometer.
4) Kebersihan
Kebersihan sangatlah bermanfaat untuk perusahaan. Sebab dengan usaha-usaha kebersihan, kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja sebagian besar dapat dicegah. Kebersihan perusahaan meliputi kebersihan luar dan dalam gedung. Luar gedung terutama halaman-halaman dan jalanan. Dalam gedung meliputi lantai, dinding, atap gedung, serta mesin-mesin dan alat-alat untuk bekerja, gudang-gudang untuk menimbun bahan baku.
Segi-segi kebersihan perusahaan lebih terperinci lagi adalah sebagai berikut, meliputi : persediaan air yang baik, sesuai dengan syarat-syarat kegunaannya, yaitu air untuk minum, untuk mandi, untuk proses produksi, untuk mengalirkan kotoran-kotoran atau sampah-sampah dari industri; keadaan kakus yang baik; pembuangan sampah dan air sampah yang baik; di antaranya sampah dan air sampah dari industri; keadaan gedung-gedung dan halaman yang tidak menyebabkan kecelakaan-kecelakaan, kebakaran-kebakaran, dan ledakan-ledakan; keadaan yang tidak menimbulkan berkumpul atau bersarangnya nyamuk dan lalat; adanya kantin yang bersih dan sehat dan lain-lain (Suma’mur, 2013: 467).
5) Musim
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agent penyakit tertentu ditemukan terbatas pada daerah geografis tertentu juga karena mereka membutuhkan reservoir dan vektor untuk kelangsungan hidupnya. Iklim dan variasi musim dapat mempengaruhi kehidupan agent penyakit, reservoir, dan vektor. Selain itu perilaku manusia juga dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi (Chandra, 2007: 16).
6) Temperatur
Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industry dapat menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain, udara dingin akan terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga konsentrasi polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi.
b. Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan
1) Vaksin
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul.
Jenis vaksin adalah sebagai berikut:
a) Live attenuated
Merupakan kuman/virus hidup yang dilemahkan. Contohnya: polio oral, BCG, campak, MMR, Varicella, demam kuning.
b) Inactivated
Merupakan kuman/virus/komponen yang dibuat tidak aktif. Contohnya: DPT, Hib, pneumokokus, typhoid, influenza, polio inaktif (Lisnawati, 2011: 47).
(1) Akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
Akses terhadap jarak antara tempat tinggal dan atau tempat kerja dengan pelayanan kesehatan serta akses terhadap penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan, hal ini memudahkan pekerja dalam mendapatkan informasi kesehatan.
(2) Kapasitas ruang isolasi
Daya tampung ruang untuk mengisolasi penderita.
2) Faktor pejamu
a)    Usia
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan orang tua lebih mudah terserang. Sedangkan pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur Dewasa dibagi beberapa fase, yaitu :
(1) Dewasa Awal (15-49 tahun), dimana pada massa ini terjadi penyesuaian terhadap pola-pola hidup baru, harapan dan nilai yang serba baru. Pada fase ini seseorang menghadapi sesuatu yang serba baru seperti pernikahan, mempunyai anak dan lain-lain.
(2) Orang Tua (50 tahun ke atas), pada fase ini terjadi masa  transisi, mendekati masa tua, dalam hal ini seseorang mengalami masa perpindahan dari usia dewasa awal ke manusia tua (Notoatmodjo, 2007).
b)      Kebiasaan merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dimana-mana, mudah menemui orang merokok, lelaki-wanita, anak kecil- tua renta, kaya-miskin, tidak ada kecuali. Betapa merokok merupakan bagian dari hidup masyarakat. Dari segi kesehatan, tidak ada satu titik yang menyetujui atau melihat manfaat yang dikandungnya. Namun tidak mudah untuk menurunkan terlebih menghilangkannya. Karena itu gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap faktor resiko dari berbagai macam penyakit (Bustan, 2007: 204). Salah satunya penyakit ISPA.
c)        Kemampuan pejamu menularkan infeksi
Kemampuan pejamu menularkan infeksi (carrier) yaitu perjalanan penyakit yang seolah-olah terhenti, karena gejala-gejala penyakit tidak nampak lagi, tetapi dalam tubuh pejamu masih terdapat bibit penyakit yang pada suatu saat apabila daya tahan tubuh pejamu menurun maka akan dapat kambuh kembali. Keadaan ini tidak hanya membahayakan pejamu sendiri, tetapi dapat berbahaya pada orang lain karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir) (Kunoli, 2013: 14).
d)       Status kekebalan
Kekebalan yang terjadi pada tingkat komuniti disebut “heard immunity”. Apabila heard immunity di masyarakat rendah, masyarakat tersebut akan mudah terjadi wabah, sebaliknya apabila heard immunity tinggi, maka wabah jarang terjadi pada masyarakat tersebut.
e)        Status gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2007: 45).
3) Karakteristik patogen
a)    Cara penularan
 Ada dua macam cara penularan, yaitu:

(1) Secara langsung
(a) Kontak langsung seperti penyakit kelamin, hepatitis, dan penyakit kulit.
(b) Droplet infeksi melalui percikan ludah, terutama penyakit saluran napas melalui percakapan.
(2) Secara tidak langsung
Penularan dapat melalui binatang (vector).
(a) Daya tular
Daya tular (communicability) suatu organisme bergantung pada lingkungan pejamu yang rentan, benda mati (fomite), dan faktor penularan penyakit bukan hanya bergantung pada ke invsifan tetapi juga bergantung pada sekumpulan faktor dan kondisi yang pada saat yang sama ikut mempengaruhi penyebaran penyakit, seperti patogenesitas dan virulensi (Kunoli, 2013: 19).
(b) Faktor virulensi
Virulensi merupakan derajat patogenisitas suatu agen infeksius, kemampuan untuk dapat menyebabkan penyakit yang berat atau bahkan kematian. Virulensi adalah suatu sifat kompleks yang mengkombinasikan infektivitas, kemampuan untuk menginvansi, dan patogenitas (Arias, 2010: 15).



0 comments