PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dunia keperawatan sekarang ini
berkembang sangat pesat. Perkembangan ini tentu saja tidak lepas dari para
tokoh keperawatan yang mencetuskan teori dan konsep konsep yang berguna bagi
dunia keperawatan di masa sekarang. Dimana ada teori disitu ada tokoh
pencetusnya. Tentu saja kita harus mengenal riwayat hidup si tokoh.
Ditelinga
kita tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Florence Nightingale yang kita
kenal sebagai The Lady With The Lamp sekaligus disebut sebagai pelopor
keperawatan modern. Banyak dari kita yangberpikiran bahwa Florence Nightingale
adalah perawat pertama di dunia.
Tapi tahukah kita bahwa ribuan tahun
sebelum Florence Nightingale menjadi seorang perawat, seorang wanita muslim
bernama Siti Rufaidah/Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya yang hidup
telah menjadi seorang perawat pada zaman Rasulallah SAW.
Dari latar belakang permasalahan diatas,
penulis tertarik untuk menulis sebuah makalah yang berkaitan dengan riwayat,
teori dan konsep keperawatan Siti Rufaidah. Dengan menitikberatkan pada
historiografi dalam meninjau riwayat hidup, peran serta kontribusi Siti
Rufaidah dalam dunia keperawatan pada masanya.
B.
Tujuan
Adapun
dilaksanakannya penyusunan makalah ini bertujuan:
1. Untuk
mengetahui riwayat hidup Siti Rufaidah.
2. Untuk
mengetahui peran dan kontribusi Siti Rufaidah dalam dunia keperawatan.
3. Untuk
mengetahui teori dan konsep yang dikemukakan Siti Rufaidah.
4. Penerapan
konsep Siti Rufaidah pada masa sekarang.
C.
Sistematika
Penulisan
BAB
I Pendahuluan terdiri dari : latar belakang, tujuan, pelaksanaan, dan
sistematika penulisan. BAB II Pembahasan terdiri dari : Riwayat hidup Siti
Rufaidah, kontribusi Siti Rufaidah dalam dunia keperawatan , teori dan model
konsep, serta sinkronasinya dengan keperawatan masa kini. BAB III Penutup terdiri
dari : kesimpulan.
====================================================================
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Siti Rufaidah
Siti Rufaidah
Al-Asalmiya memiliki nama lengkap Rufaidah Binti Sa’ad Al-Bani Aslam
Al-Khazraj. Ia lahir di Yatrhrib, Madinah pada tahun 570 M dan wafat pada tahun 632 M . Rufaidah hidup pada
masa Rasulullah SAW pada abad pertama Hijriah atau abad ke-8 Masehi. Ia
termasuk golongan kaum Anshor (Golongan pertama yang menganut agama Islam di
Madinah). Ia adalah perawat muslim pertama didunia, ia sudah ada jauh sebelum Pioneer
of Modern Nurse lahir kedunia.
Namanya masih terasa asing dibandingkan dengan tokoh-tokoh keperawatan
dunia yang berasal dari golongan barat. Namun dikalangan Negara arab dan timur
tengah, nama Florence Nightingale tidak lebih terkenal dari Rufaidah Binti
Sa’ad / Rufaidah Al-Asalmiya. Ayah Rufaidah adalah seorang dokter,
Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan saat ia bekerja membantu ayahnya.
Rufaidah Al-Asalmiya dikenal sebagai perawat
teladan, baik dan bersifat empati.
Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan
memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang
dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia
tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga
melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health
nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia
Islam.
B. Kontribusi Siti Rufaidah
Saat kota
madinah berkembang, ia mengabdikan diri merawat kaum muslimin yang sakit. Saat
tidak terjadi peperangan, Rufaidah membangun tenda diluar Masjid Nabawi untuk
merawat kaum muslimin yang sakit. Pada saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dan
perang Khaibar Rufaidah menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka
akibat perang. Ia mendirikan rumah sakit lapangan, sehingga Rasulullah SAW
memerintahkan korban yang terluka dirawat oleh Rufaidah.
Rufaidah
Al-Asalmiya melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam
perang Khaibar mereka meminta izin kepada
Rasulullah SAW untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat
para mujahid yang terluka. Tugas ini digambarkan mulia oleh Rufaidah, dan
merupakan pengakuan awal untuk pekerjaannya dibidang keperawatan dan medis.
Selain
berkontribusi dalam merawat mereka yang terluka saat peperangan, Rufaidah
Al-Asalmiya juga terlibat dalam aktifitas sosial dikomunitasnya. Dia memberi
perhatian kepada setiap muslim, orang miskin, anak yatim, atau penderita cacat
mental. Dia merawat anak yatim dan memberi bekal pendidikan. Rufaidah
digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan
pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Ia digambarkan
sebagai pemimpin dan pencetus sekolah keperawatan pertama didunia islam
meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan.
Sejarah
islam memcatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah Al-Asalmiya seperti:
Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Sedangkan
beberapa wanita musim yang terkenal sebagai perawat saat masa Rasulullah SAW
saat perang dan damai adalah: Rufaidah binti Sa’ad Al-Aslamiyyat, Aminah binti
Qays Al-Ghifariyat, Ummu Atiyah Al-Anasaiyat, Nusaibat binti Ka’ab Al
Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata).
Sebagai
tambahan pengetahuan, perkembangan keperawatan didunia islam atau lebih
tepatnya lagi di negara Arab Saudi dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Masa penyebaran Islam /The
Islamic Periode ( 570 – 632 M).
Dokumen tentang keperawatan
sebelum-Islam (pre-islamic period) sebelum 570 M, sangat sedikit ditemukan.
Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad
(holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan dimasa ini. Sistem
kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke
rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit sekali
lilature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang
bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti
Sa'ad/Rufaidah Al-Asamiya.
2.
Masa setelah Nabi / Post
Prophetic Era (632 – 1000 M).
Sejarah tentang keperawatan setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada
lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan
sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan
keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang "The Reason Why Some Persons
and the Common People Leave a Physician Even if He Is Clever" dan "A
Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not
Within the Realm of Possibility." Di masa ini ada perawat diberi nama
"Al Asiyah" dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama
memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi, dan mulai muncul tokoh-tokoh kedokteran islam
seperti Ibnu Sinna, Abu Bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi (dr. Ar-Razi).
3.
Masa pertengahan/ Late to Middle
Age (1000 – 1500 M).
Dimasa ini negara-negara Arab membangun
RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS
yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga
sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta
perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat
pasien laki-laki.
4.
Masa modern (1500 – sekarang).
Masa ini ditandai dengan banyaknya
ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika dan Australia, India,
Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara Timur Tengah. Bahkan
dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di
tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah
masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saudi. Dimasa ini ada
seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat
bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo dan kembali
ke negaranya, dan di tahun 1960 dia membangun Institusi Keperawatan di Arab
Saudi. Meskipun keperawatan masih baru sebagai profesi di Timur tengah,
sebenarnya telah dibangun di masa Nabi Muhammad SAW. Dimana mempengaruhi
philosofi praktek, dan profesi keperawatan. Dan sejak tahun 1950 dengan
dikenalkannya organized health care dan pembangunan RS di Arab Saudi, keperawatan
menjadi lebih maju dan bukan hanya sekedar pekerjaan.
C.
Teori
dan Model Konsep Siti Rufaidah
Siti Rufaidah berusaha memberikan
pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya
kaya atau miskin. Dia memberikan perhatian kepada
setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat
anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki
kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan
adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi teknologi dan
sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang.Talenta
perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun
dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan
diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur.
Siti Rufaidah merupakan penyokong
advokasi pencegahan penyakit atau yang lebih dikenal dengan Preventive Care
serta menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (Health Education).
D. Penerapan Teori Siti Rufaidah dalam
Keperawatan Masa Kini
Perkembangan keperawatan di masa Rufaidah binti Sa'ad (570 – 632 SM), dengan perkembangan keperawatan
era tahun 2000 masih mengalami perbedaan
seiring dengan tuntutan pelayanan kesehatan dan perkembangan IPTEK. Siti
Rufaidah tersebut muncul di masa-masa peperangan, sedangkan saat ini
keperawatan bergerak maju dalam suasana damai, namun dengan kompleksitas
tuntutan asuhan keperawatan dan beragam penyakit infeksi dan penyakit
degeneratif (double burden disease).
Akan tetapi, keperawatan dimasa sekarang masih menggunakan teori Siti
Rufaidah tentang penyuluhan kesehatan tentang pencegahan penyakit. Seperti
penyuluhan tentang HIV/AIDS, Demam berdarah, flu burung.
Aisyiyah,
mengatakan, masalah sehat dan sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT, hingga manusia tidak akan bisa terbebas dari sakit. “Sehat kerap membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan perintah-perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehatnya. Kita sering menyebut kondisi yang tidak menyenangkan seperti sakit sebagai musibah yang terkesan negatif, padahal musibah berkonotasi positif,” Tugas
seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. “Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya,
tapi kalau Allah bisa saja
menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat,” katanya. Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan “manjurnya” doa.
Dr. Ahmad
Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang menemukan Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan semoga penerbitan buku saya “Alquran dan Genetik”, semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat
baik para pemegang kebijakan (decission
maker) yang beragama Islam baik diinstitusi pendidikan atau pada level
pemerintah. Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic
healthbelief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat,
keyakinanakan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka. Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani
sejarah perkembangan keperawatan yang dimulai sejak Siti Rufaidah binti Sa’ad.
Konsep
keperawatan Siti Rufaidah tentang pencegahan penyakit yang masih dipakai sampai
saat ini yaitu: cuci tangan, mengatur pola makan, berwudhu, sholat dan
berpuasa.
=====================================================
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Rufaidah Al-Asalmiya atau Siti Rufaidah adalah perawat
muslim pertama didunia, ia sudah ada jauh sebelum Pioneer of Modern Nurse
lahir kedunia. Rufaidah Al-Asalmiya memiliki nama lengkap Rufaidah Binti Sa’ad
Al-Bani Aslam Al-Khazraj. Ia lahir di Yatrhrib, Madinah pada tahun 570 M dan
wafat pada tahun 632 M. Rufaidah hidup pada masa Rasulullah SAW pada abad
pertama Hijriah atau abad ke-8 Masehi. Ia termasuk golongan kaum Anshor
(Golongan pertama yang menganut agama Islam di Madinah).
Ayah Rufaidah adalah seorang dokter, Rufaidah
mempelajari ilmu keperawatan saat ia bekerja membantu ayahnya. Saat kota
madinah berkembang, ia mengabdikan diri merawat kaum muslimin yang sakit. Saat
tidak terjadi peperangan, Rufaidah membangun tenda diluar Masjid Nabawi untuk
merawat kaum muslimin yang sakit.Siti Rufaidah selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan
tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin.
Siti Rufaidah merupakan penyokong advokasi pencegahan
penyakit atau yang lebih dikenal dengan Preventive Care serta menyebarkan
pentingnya penyuluhan kesehatan (Health Education).
Siti Rufaidah tersebut
muncul di masa-masa peperangan, sedangkan saat ini keperawatan bergerak maju
dalam suasana damai, namun dengan kompleksitas tuntutan asuhan keperawatan dan
beragam penyakit infeksi dan penyakit degeneratif (double burden disease).
Siti Rufaidah tersebut
muncul di masa-masa peperangan, sedangkan saat ini keperawatan bergerak maju
dalam suasana damai, namun dengan kompleksitas tuntutan asuhan keperawatan dan
beragam penyakit infeksi dan penyakit degeneratif (double burden disease).
B.
Saran
Melihat
tujuan dari pembuatan makalah ini tentang konsep dan kontribusi Siti Rufaidah, diharapkan
kita sebagai perawat masa kini lebih bisa berperan aktif dalam penyuluhan
kesehatan guna pencegahan berbagai penyakit, di desa desa, puskesmas, terutama
di posyandu untuk lebih memberikan pengetahuan kepada ibu hamil, diharapkan ia
dapat merawat bayinya agar tumbuh sehat dan terhindar dari berbagai penyakit.
Karena pengetahuan ibu adalah modal dasar kesehatan keluarganya. Karena ada
pepatah mengatakan mencegah lebih baik daripada mengobati. Kita juga sebagai
perawat profesional hendaknya merawat pasien tidak melihat dari statusnya,
apakah dia kaya atau miskin.
Konsep
keperawatan Siti Rufaidah tentang pencegahan penyakit yang masih dipakai sampai
saat ini yaitu: cuci tangan, mengatur pola makan, berwudhu, sholat dan
berpuasa. Melihat hal tersebut, sangat dianjurkan bagi
kita untuk senantiasa mengikuti cara Siti Rufaidah dalam pencegahan penyakit
yang telah disebutkan diatas agar kita bias memiliki hidup yang sehat.
1 comments: