BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem
Kesehatan Nasional adalah satu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud
dalam pembukaan UUD 1945
Kesehatan
adalah proses yang kreatif, dimana individu secara aktif dan terus menerus
mengadaptasi lingkungan dan sehat itu sendiri yaitu kemampuan melaksanakan
peran dan fungsi dengan efektif
Untuk meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal, ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat salah satunya adalah pelayanan kesehatan. Bentuk pelayanan
kesehatan dapat berupa pelayanan keperawatan dimana.
Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan dibidang kesehatan yang didasari Ilmu dan kiat
keperawatan ditunjukan kepada Individu, Keluarga dan masyarakat baik yang sakit
maupun sehat, sejak lahir sampai meninggal. Sedangkan perawatan kesehatan
masyarakat merupakan aplikasi dari ilmu keperawatan dalam upaya-upaya kesehatan
masyarakat dengan mendayagunakan peran serta masyarakat seoptimal mungkin.
Perawatan
kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditunjukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang rawat,
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran / penyalih.
Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Nasrul Effendy, 1998 : 32).
Peran penting keluarga diantaranya adalah memberikan
perawatan pada anggota keluarga yang termasuk dalam kelompok khusus, seperti
penderita penyakit kusta.
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang
menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Terutama status sosial dimasyarakat.
Penderita kusta biasanya merasa minder dan dikucilkan,
sehingga penderita malu untuk berobat.
Perkembangan penyakit pada diri penderita kusta bila
tidak ditangani secara cermat dapat menimbulkan cacat, dan keadaan ini menjadi
halangan bagi penderita dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sosial ekonomi mereka, juga tidak dapat berperan serta dalam pembangunan bangsa
dan negara.
Penemuan kasus kusta sampai saat ini masih mengalami
kendala baik dari keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang kusta maupun dari
petugas kesehatan.
Puskesmas mempunyai program penemuan kusta secara dini dan
pengobatan serta perawatan berkala, dengan cara menyadarkan masyarakat tentang
kusta yang bisa disembuhkan. Sehingga mendorong masyarakat untuk memeriksakan
diri serta tidak merasa minder untuk berobat.
Data kasus
penyakit kusta (PB dan MB) yang penulis dapatkan dari DinKes Kabupaten
Indramayu selama periode Januari-juni 2012 adalah sebagai berikut :
Dari
jumlah orang yang diperiksa 130 orang, ditemukan
kasus penyakit kusta orang (17,8 %), tidak ditemukan
penyakit kusta 1609 orang (92,2%). Sedangkan untuk pemeriksaan tingkat
kecacatan dari 130 penderita kusta ditemukan dengan tingkat kecacatan 0 :
124 orang (90,50%), tingkat kecacatan I : 9 orang (6,6%) dan tingkat kecacatan
II : 4 orang (2,9%).
Sedangkan data penyakit kusta diwilayah kerja Puskesmas
Cikedung selama periode Januari – Juni 2012
adalah sebagai berikut: (lihat tabel)
Tabel I
Distribusi
Karakteristik Penderita Kusta
di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikedung Kabupaten Indramayu
Periode Januari –
Juni 2012
No
|
Kategori
|
Jumlah
|
%
|
Keterangan
|
1
|
Jumlah yang diperiksa
Ditemukan (+) kusta
Tidak ditemukan penya- kit kusta
|
130 orang
5
125
|
3,85 %
96,15 %
|
|
|
Jumlah
|
130 orang
|
100 %
|
|
2
|
Jumlah pemeriksaan tingkat
kecacatan
Tingkat kecacatan 0
Tingkat kecacatan I
Tingkat kecacatan II
|
5
5
0
0
|
100 %
0%
0%
|
|
|
Jumlah
|
5
|
100 %
|
|
Sumber
: Puskesmas Cikedung Kabupaten Indramayu
Berdasarkan masalah tersebut
penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus dalam pembuatan Proposal
Penelitan dengan judul “faktor-faktor hubungan penyebab terjadinya penyakit
Kusta di wilayah Cikedung
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas,maka pertanyaan peneliti yang,muncul
yaitu”seberapa besarkah pengaruh terhadap penderita yang disebabkan oleh faktor-faktor
tertentu di wilayah Cikedung?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
umum
Untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab kejadian penyakit
kusta di wilayah Indramyau
2. Tujuan
khusus
Tujuan
khusus dari penyusunan laporan kasus ini agar penulis mampu:
a.
Mengetahui jumlah
penderita penyakit kusta berdasarkan faktor umur di wilayah Cikedung
b.
Untuk mengetahui Jumlah
Penderita Kusta beralasan Faktor lingkungan di wilayah Cikedung
c. Mengetahui
faktor-faktor terbanyak penyebab
terjadinya penyakit kusta di wilayah cikedung dari Jenis Kelamin
D.
Manfaat
Penelitian
Kegunaan
atau manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagi Peneliti
Informasi
yang diperoleh dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk diterapkan dalam
menangani penaykit kusta yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu diwilayah
cikedung
2.
Bagi Puskesmas
Informasi
yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh puskesmas untuk dijadikan kerangka avuan
dalam menangi penyakit kusta yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu
3.
Bagi Institusi
pendidikan
Informasi
yang diperoleh dari hasil penelitian dapat diajdikan pertimabangan dansumber
data bagi peneliti selanjutnya,dan dapat dijadikan kerangka acuan untuk proses
belajar
4.
Bagi Perawat
Informasi
yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber pengetahun
untuk menangani penyakit penyakit kuta yang disebabkan oleh faktor-faktor
tertentu di wilayah cikedung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep
Dasar Kusta
1. Pengertian
Penyakit
kusta adalah infeksi kronik pada manusia yang disebabkan oleh mycobacterium
leprae, yang merupakan penyakit tropis menular yang masih menjadi masalah
kesehatan di dunia, khususnya di negara-negara sedang berkembang. Selain
menimbulkan dampak psikologis penyakit inij uga mengakibatkan dampak sosial dan
ekonomi ,yang disebabkan oleh sejenis kuman yang diberi nama Mycobacterium
leprae, dan terutama menyerang syaraf tepi yang dapat menyebar ke kulit dan
juga jaringan lainnya, seperti pada mata, selaput lendir saluran pernapasan bagian
atas, otot, tulang dan kelenjar kelamin.
2. Penyebab
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Myobacterium leprae yang ditemukan pada tahun 1874, oleh GA Hansen . Kuman ini berbentuk batang, gram positip, berukuran 0.34 x 2 mikron dan berkelompok membentuk globus. Kuman Myohacterium leprae hidup pada sel Schwann dan sistim retikuloendotelial, dengan masa generasi 1224
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Myobacterium leprae yang ditemukan pada tahun 1874, oleh GA Hansen . Kuman ini berbentuk batang, gram positip, berukuran 0.34 x 2 mikron dan berkelompok membentuk globus. Kuman Myohacterium leprae hidup pada sel Schwann dan sistim retikuloendotelial, dengan masa generasi 1224
hari,
dan termasuk kuman yang tidak ganas serta lambat berkembangnya.
Kuman-kuman kusta berbentuk batang, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu dengan ukuran panjang 1-8 mic, lebar 0,2-0,5 mic yang bersifat tahan asam.
Kuman-kuman kusta berbentuk batang, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu dengan ukuran panjang 1-8 mic, lebar 0,2-0,5 mic yang bersifat tahan asam.
Sampai
saat ini kuman tersebut belum dapat dibiakkan dalam medium buatan, dan manusia
merupakan satu-satunya sumber penularan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
membiakkan kuman tersebut yaitu melalui: telapak kaki tikus, tikus yang
diradiasi, armadillo, kultur jaringan syaraf manusia dan pada media buatan.
Diagnosis penyakit lepra melalui usapan sekret hidung dan melalui kerokan kulit penderita. Kuman yang berada di sekret hidung yang kering, dapat bertahan hidup sampai 9 hari di luar tubuh, sedangkan di tanah yang lembab dan suhu kamar, kuman ini dapat bertahan sampai 46 hari.
Diagnosis penyakit lepra melalui usapan sekret hidung dan melalui kerokan kulit penderita. Kuman yang berada di sekret hidung yang kering, dapat bertahan hidup sampai 9 hari di luar tubuh, sedangkan di tanah yang lembab dan suhu kamar, kuman ini dapat bertahan sampai 46 hari.
3. Jenis
penyakit kusta
Ada dua jenis penyakit
kusta, yaitu tipe basah dan kering. :
a. Tipe
basah disebut Multi Basiler (MB),
b. Tipe
kering disebut Poli Basiler (PB).
Jenis manifestasinya
tergantung dari derajat kekebalan tubuh penderita (Cell mediated immunity)
yaitu dari Kusta yang terbatas (Jenis Tuberculoid) sampai yang menyebar (jenis Lepromatosa) dan
Jenis pertengahan yang disebut Kusta Borderline.
Secara awam, dikenal sebagai kusta kering dan kusta basah.Jika kusta terlambat diobati maka akan timbul kerusakan saraf dengan akibat berupa: mati rasa (tidak dapat merasakan panas, dingin, nyeri), kelumpuhan otot, buta, dan akibat lain yang disebabkan oleh proses immunologis yang disebut "reaksi kusta".
Secara awam, dikenal sebagai kusta kering dan kusta basah.Jika kusta terlambat diobati maka akan timbul kerusakan saraf dengan akibat berupa: mati rasa (tidak dapat merasakan panas, dingin, nyeri), kelumpuhan otot, buta, dan akibat lain yang disebabkan oleh proses immunologis yang disebut "reaksi kusta".
4. Gejala
Gejala penyakit kusta adalah muncul bercak pada kulit seperti panu, tetapi mati rasa. Untuk kusta jenis PB, jumlah bercaknya adalah lima ke bawah dan kurang menular. Sedangkan untuk jenis MB, lebih dari limabuah,basah,danmenular.
Permukaan bercak kering dan kasar dan tidak berkeringat, pinggi bercak jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Sementara itu, untuk kusta jenis basah, tanda-tandanya terdapat bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merasa di seluruh kulit badan. Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak itu. Termasuk pada permukaan bercak masih ada rasa bila disentuh dengan kapas. Pada awalnya, tanda kusta basah, sering terdapat pada telinga dan muka. Jenis ini dapat menular pada orang lain.
Gejala penyakit kusta adalah muncul bercak pada kulit seperti panu, tetapi mati rasa. Untuk kusta jenis PB, jumlah bercaknya adalah lima ke bawah dan kurang menular. Sedangkan untuk jenis MB, lebih dari limabuah,basah,danmenular.
Permukaan bercak kering dan kasar dan tidak berkeringat, pinggi bercak jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Sementara itu, untuk kusta jenis basah, tanda-tandanya terdapat bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merasa di seluruh kulit badan. Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak itu. Termasuk pada permukaan bercak masih ada rasa bila disentuh dengan kapas. Pada awalnya, tanda kusta basah, sering terdapat pada telinga dan muka. Jenis ini dapat menular pada orang lain.
5.
Faktor Penyebab
timbulnya penyakit kusta
a. Faktor Kuman Kusta
Dari
hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya,
lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak
utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan
panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang
tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin.
Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung
suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja
dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).
b. Faktor imunitas
Sebagian
manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan
bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang
sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan
pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002).
c. Keadaan lingkungan
Keadaan
rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor
penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan
perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.
6. Faktor
pengobatan
Hingga
saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. faktor pengobatan adalah
amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah.
pengobatan kepada
penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai
penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang
berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh
manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam
hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya
tempat-tempat yang lembab.
Penting sekali kita
mengetahui atau mengerti beberapa hal tentang penyakit kusta ini, bahwa :
a. Ada
obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.
b. Sekurang-kurangnya
80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta.
c. Enam
dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain.
d. Kasus-kasus
menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur.
7.
Upaya pencegahan penyakit kusta
Hingga
saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Faktor pengobatan adalah
amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Pengobatan kepada
penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai
penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang
berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh
manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam
hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya
tempat-tempat yang lembab. Penting sekali kita
mengetahui atau mengerti beberapa hal tentang penyakit kusta ini, bahwa :
a.
Ada obat yang dapat
menyembuhkan penyakit kusta.
b.
Sekurang-kurangnya 80 %
dari semua orang tidak mungkin terkena kusta.
c.
Enam dari tujuh kasus
kusta tidaklah menular pada orang lain.
d.
Kasus-kasus menular
tidak akan menular setelah diobati kira-
kira 6 bulan secara teratur.
8. Penanggulangan penyakit kusta
Penanggulangan
penyakit kusta telah banyak dilakukan dimana-mana dengan maksud mengembalikan
penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif dan percaya
diri. metode penanggulangan ini terdiri dari metode rehabilitasi yang terdiri
dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, rehabilitasi karya dan metode
pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita
dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga metode
tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan.
Di Indonesia, upaya
yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit kusta melalui :
·
Penemuan penderita
secara dini.
·
Pengobatan penderita.
Penyuluhan kesehatan di
bidang kusta.
Peningkatan ketrampilan
petugas kesehatan di bidang kusta.
Rehabilitasi penderita
kusta.
9. Pengobatan
Tabel 1. Obat dan dosis regimen MDT-PB
Obat & Dosis MDT – Kusta PB
|
Dewasa
|
|
BB < 35 kg
|
BB > 35 kg
|
|
Rifampisin(diawasi petugas)
|
450 mg/bln
|
600 mg/bln
|
Dapson(Swakelola)
|
50 mg/hr(1-2 mg/kgBB/hr)
100 mg/hr
|
Pengobatan MDT untuk kusta tipe PB dilakukan dalam 6
dosis minimal yang diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai minum 6
dosis maka dinyatakan RFT (Released
From Treatment = berhenti minum obat kusta) meskipun secara klinis
lesinya masih aktif. Menurut WHO (1995) tidak lagi dinyatakan RFT tetapi
menggunakan istilah Completion of
Treatment Cure dan pasien tidak lagi dalam pengawasan.
Tabel 2. Obat dan dosis regimen MDT-MB
Obat & Dosis MDT – Kusta MB
|
Dewasa
|
|
BB < 35 kg
|
BB > 35 kg
|
|
Rifampisin(diawasi petugas)
|
450 mg/bln
|
600 mg/bln
|
Klofazimin
|
300 mg/bln (diawasi petugas)
dan dilanjutkan esok
|
50mg/hr (swakelola)200 mg/bln (diawasi)dan dilanjutkan
esok 50 mg/hr (swakelola)Dapson(Swakelola)50 mg/hr(1-2
mg/kgBB/hr)100 mg/hr50 mg/hr(1-2
mg/kgBB/hr).
Pengobatan MDT untuk Kusta tipe MB dilakukan dalam 24
dosis yang diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Setelah selesai minum 24
dosis maka dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan
pemeriksaan bakteri BTA positif. Menurut WHO (1998) pengobatan MB diberikan
untuk 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung
dinyatakan RFT.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Rancangan
dan jenis penelitian
Rancangan
dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utuma untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui faktor-faktor
penyebab terjadinya penyakik kusta di wilayah cikedung.
B.
Variabel
Penelitian
Variabel
adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimilik atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep, dalil atau pengertian
tertentu.
Menurut
Notoatmodjo ( 2005 : 26 ) variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh kelompok lain.
Variabel
dalam penelitian ini adalah variabel bebas adalah faktor-faktor penyebab
terjadinya penyakit kusta di wilayah cikedung dengan sub variabel meliputi
faktor kuman kusta,faktor imunitas,keadaan lingkungan,faktor jenis kelamin.
C.
Kerangka
konsep penelitian
Kerangka
konsep penelitian adalah absraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan anatra variabel (baik
variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep penelitian
akan membantu penelitian dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori
(Nursalam, 2003). Adapun kerangka konsep penelitian dapat dilihat dalam gambar
berikut ini :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
|
Sumber : Notoatmodjo, (2002)
Keterangan
:
: yang tidak diteliti : yang di
teliti
D.
Data
Operasional
Menurut
Notoatnodjo (2003), definisi operasional diperlukan untuk mengatasi ruang
lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti. Perlu sekali
variabel-variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi
operasional ini bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan
terhadap variabel-variabel bersangkutan serta pengembangan instrumen / alat
ukur.
Definisi operasional
dalam penelitian ini dapat dilihat dari
Tabel
3.1 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
Variabel
|
Sub Variabel
|
Definisi operasional
|
Alat ukur
|
Cara ukur
|
Skala
|
Kategori
|
Faktor-faktor
penyebab terjadinya penyakit kusta
|
Faktor kuman
kusta
|
Penyakit yang
disebakan oleh faktor mycobacterium leprae
|
Kuesioner
|
Melihat
jawaban responden
|
Ordinal
|
Apakah
anda tertular penyakit kusta?
-YA
-TIDAK
Apakah
ada penderita kusta yang sebelumnya kontak dengan anda ? -YA
-TIDAK
|
Faktor
imunitas
|
nitas yang
mempengaruhi penyakit kusta
|
Kuesioner
|
Melihat hasil
jawaban responden
|
Ordinal
|
Apakah
penyakit kusta anda tidak pernah sembuh setelah dilakukan pengobatan? -YA -TIDAK
Apakah
penyakit kusta anda tidak pernah sembuh setelah dilakukan pengobatan? -YA
-TIDAK
|
|
Keadaan
lingkungan
|
Keadaan
lingkunga yang tak memadai(tidak termasuk kriteria sehat) tejadinya penakit
kusta
|
Kuesioner
|
Melihat
jawaban responden
|
Ordinal
|
Apakah
Lingku-ngan anda memadai (kriteria seha) -YA
-TIDAK
|
|
Faktor pengobatan
|
Faktor
pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan dapat dicegah
|
Kuesioner
|
Melihat
jawaban responden
|
Ordinal
|
Menurut
anda, apakah pengo-batan penyakit kusta sangat penting untuk anda? -YA -TIDAK
Apakah
anda pernah mengalami pengobata sebelumnya? -YA
-TIDAK
|
E.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi
adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita penyakit kusta di wilayah
cikedungdengan populsai sebanyak 20.
2.
Sampel
Sampel
adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. (Notoatmodjo, 2005:232). Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini adalah dengan teknik Random Sampling. Random
sampling adalah pengambilan sampel secara sederhana yakni setiap anggota atau
unit dari populasi yang mempunyai kesempatan
untuk seleksi sebagai sampel. (Notoatmodjo, 2005 : 232).
Sampel
adalah sebagian/wakil dari populasi yang diteliti,jika subjek kurang dari 100
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya meupakan penelitian
populasi,tetapi jika subjeknya lebih dari 100 diambil 10-15% atau 20-25%.
(Arikunto,2006 : 113)
Sampel
dalam penelitian adalah sebanyak 5 orang hal ini berdasarkan teori Arikunto
diatas.
F.
Tempat Penelitian
Tempat
penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Cikedung Indramayu Tahun 2013.
G.
Etika
Penelitian
Dalam
melakukan penelitian, Peneliti mengajukan permohonan kepada kepala Puskesmas Cikedung untuk mendapatkan persetujuan.kemudian
test dikirimkan ke subyek yang diteliti dengan menekeankan pada masalah yang
meliputi:
1. Informed
consent
Lembar persetujuan
penelitian diberikan kepada responden.adapun tujuany sebagai subyek mengetahui
maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. jika
subyek bersedia untuk diteliti maka harus menandatangani lembar
persetujuan,jika subyek menoak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa
dan tetap menghormati haknya.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasian
subyek pasien, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pasien pada lembar
pengumpulan data (test)
Yang diisi oleh subyek
lembar tersebut hany diberi nomer kode tertentu
3. Confidentiality
Kerahasian informasi yang
diberikan
H.
Prosedur
Pengumpulan Data
1. Data
primer
Data yang diperoleh
secara langsung dari pengamatan terhadap penderita penyakit kusta
2. Data sekunder
Data pasien penyakit kusta yang diperoleh dari
data di puskesmas cikedung
I.
Pengolahan
Data
Pada
penelitian ini pengolahan data menggunakan langkah – langkah sebagai berikut :
1.
Editing
Editing
dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah diisi dengan benar oleh responden.
Pada tahap ini semua data diperiksa, sehingga apabila ada pertanyaan yang belum
diisi dapat ditanyakan langsung kepada responden. Editing dilakukan dilapangan
sehingga jika terjadi keurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah
dilakukan perbaikan.
2.
Coding
Setelah
di edit, langkah selanjutnya adalah mengkoding data yaitu dilakukan dengan cara
memberi kode terhadap setiap jawaban yang diberikan dimana jawaban benar 1 dan
salah 0 dengan tujuan untuk lebih
memudahkan dan enty data.
3.
Tabulating
Jawaban
responden ditabulasi secara normal dengan menggunakan table distribusi
frekuensi, kemudian dijelaskan setiap kategori
4.
Entry
Penelitian
memasukan data melalui pengelolahan komputer dengan menggunakan Microsoft excel
disajikan dengan bentuk table distribusi
frekuensi.
J. Analisis Data
Untuk
mendapatkan gambaran tentang pengetahuan maka perlu mengkategorikan responden
(obyek penelitian) ke dalam beberapa tingkatan pengtahuan dan kemudian kita
persentasikan untuk tiap kategori, dari persentasi tersebut dapat kita ketahui
bagaimana kondisi atau keadaan sebenarnya dari obyek penelitian terhadap
variabel yang kita teliti.
Analisa
unvariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel (Notoatmodjo,
2005 : h : 188). Untuk menganalisa data unvariat menggunakan prosentase. Tehnik
prosentase digunakan untuk mendapatkan gambaran berupa distribusi dan orientasi
dari variabel penelitian. Analisas data ini ditempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
Mengedit
data
Menskor
masing-masing item
Tabulasi
data
Memproses
data dengan menggunakan rumus prosentase
Keterangan :
P : prosentase alternatif
jawaban
n : jumlah respoden yang
menjawab
N : nilai angka yang
diharapkan
Alasan
menggunakan rumus ini, karena jawaban setiap responden berbeda dan dihitung
berdasarkan setiap jawaban, kemudian interprestasi data dari hasil penelitian
dikelompokan dalam 3 kategori yang
mengacu pada teori, yaitu :
Baik,
jika didapat hasil jawaban 76 – 100 %
Cukup, jika didapat hasil jawaban 56% - 75%
Kurang,
jika didapat hasil jawaban < 55%
(
Notoatmojo, 2006 )
Selanjutnya
mengetahui presentase tiap kategori didalam suatu variabel atau dimensi, maka
digunakan rumus perhitungan distribusi frekuensi sebagai berikut :
P
=
Keterangan
:
P : Presentase Responden
f :
jumlah Responden yang termasuk dalam kriteria
n : Jumlah seluruh responden
Kemudian
data disajikan dengan interpretasi sebagai berikut :
100% :
Seluruh responden
80%-90% :
Hampir seluruh responden
60%-79% :
Sebagian besar responden
40%-59% :
Sebagian dari responden
20%-39% :
Sebagian kecil responden
1%-19% :
Hampir tidak ada responden
0% :
Tidak ada responden
K.
Penyajian
data
Setelah
data terkumpul maka data akan dianalisa dan disajikan dalam bentuk table
distribusi frekuensi dan narasi, kemudian akan interprestasikan.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI
RESPONDEN
Kepada
:
Yth...........
Di
Tempat,
Dengan
Hormat,
Sehubungan dengan penyusunan proposal
penelitian sebagai salah satu tugas akhir pada D III Keperawatan Akper
Saifuddin Zuhri Indramayu, maka dengan ini saya mohon kesediaan saudara untuk
menjadi responden pada penelitian yang dilakukan.
Adapun judul penelitian ini adalah : “ FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERJADINYA PENYAKIT KUSTA DI KECAMATAN CIKEDUNG
KABUPATEN INDRAMAYU’’.
Apabila saudara menyetujui untuk menjadi
responden maka saya mohon kesedianya untuk menandatangani persetujuan dan
menjawabpertanyaan yang telah tersedia.atas perhatian dan ketersedianya saya
ucapkan terima kasih.
Peneliti
BERLIANA
NUROKHIM
NIM.2011144045
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah mendapatkan penjelasan, maka saya
menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi sebagai responden sehubungan
dengan penyusunan peneliti yang
dilakukan oleh Berliana Nurokhim mahasiswa Akademi Keperawatan Saifudin Zuhri
Indramayu dengan judul“ FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TERJADINYA PENYAKIT KUSTA DI KECAMATAN CIKEDUNG KABUPATEN INDRAMAYU’’.
Demikian surat permohonan ini kami buat,
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Indramayu, November
2013
Responden
(..............................................)
Lampiran 3
KUEISIONER
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN TERJADINYA PENYAKIT KUSTA DI KECAMATAN CIKEDUNG
KABUPATEN
INDRAMAYU
TAHUN
2013
A. Petunjuk
a. Berilah
tanda (x) pada jawaban yang menurut anda benar.
b. Isilah
pertanyaan dibawah ini dengan benar.
B. Pertanyaan
1.
Apakah anda tertular penyakit kusta?
YA
TIDAK
2.Apakah lingkungan anda memadai(kriteria sehat) ?
YA
TIDAK
3.Apakah anda tinggal
dengan penderita kusta?
YA
TIDAK
4.Apakah anda pernah
mengalami pengobatan sebelumnya?
YA TIDAK
5.Menurut anda, apakah
pengobatan penyakit kusta sangat penting untuk anda?
YA
TIDAK
6.Apakah ada penderita
kusta yang sebelumnya kontak dengan anda ?
YA
TIDAK
7.Apakah penyakit kusta
anda tidak pernah sembuh setelah dilakukan pengobatan?
YA
TIDAK
8.Apakah penyakit kusta
anda sembuh dengan sendirinya tanpa melalui pengobatan?
YA
TIDAK
Lampiran 4
DAFTAR
RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama :
Berliana Nurokhim
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir :
Cianjur, 06 Desember 1993
Alamat : Desa Mundak Jaya
II RT/RW 014/001
Kec. Cikedung Kabupaten Indramayu
Riwayat
Pendidikan
1.
SD Mundak Jaya II : Tahun 1999-2005
2.
SMP N 1 Terisi : Tahun 2005-2008
3.
SMA N 1 Sindang : Tahun
2008-2011
4.
Akper Saifuddin Zuhri : Tahun 2011-2015
0 comments