ABSTRAK KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD INDRAMAYU TAHUN 2016

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN
KETUBAN PECAH DINI DI RSUD INDRAMAYU
TAHUN 2016


1)Puput Noviah 2)Riyanto3)Bachtiar Efendi
1)Alumni Prodi Ilmu Keperawatan, STIKes Indramayu
2)3)Dosen Prodi Ilmu Keperawatan STIKes Indramayu
Korespondensi :PuputNoviah042@gamail.com


Abstrak

Ketuban pecah dini merupakan masalah yang masih banyak terjadi dalam kasus kehamilan, oleh karena itu diperlukan pencegahan, tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan kejadian KPD.
penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, sampel penelitian ini menggunakan proporsional random sampling, berjumlah 274 responden, analisa data menggunakan analisa univariat, Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi.
hasil penelitian didapatkan karakteristik ibu KPD berdasarkan paritas adalah 126 (46,0%) responden dengan paritas >3 anak,  rata-rata umur responden adalah 30,81 tahun, pendidikan responden sebanyak 199 (72,6%) berpendidikan dasar, pekerjaan responden sebanyak 196 (71,5%) bekerja sebagai IRT.
Simpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik ibu bersalin dengan kejadian KPD di RSUD Indramayu tahun 2016 gambaran paritas sebanyak (46,0%), rata-rata umur responden (30,81%), pendidikan responden adalah SD sebanyak (72,6%), pekerjaan responden adalah IRT sebanyak (71,5%). Saran dari hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat maternitas dapat memberikan intervensi secara tepat pada kasus KPD


Kata Kunci      : kejadian ketuban pecah dini, ibu bersalin




1
 
 

Abstract

Premature rupture of membranes is a problem that still occurs in many cases of pregnancy, therefore the necessary prevention, the aim of this study was to know the characteristics of women giving birth with KPD incident.
This research uses descriptive quantitative approach, this sample using proportional random sampling, totaling 274 respondents, data analysis using univariate analysis, research instrument used observation sheet.
The result showed maternal characteristics KPD parity was 126 (46.0%) of respondents with parity> 3 children, the average age of respondents was 30.81 years, the education of respondents was 199 (72.6%) have primary education, as respondents work 196 (71.5%) worked as an IRT.
The conclusions from this study showed that the incidence of maternal characteristics KPD in Indramayu Hospital 2016 picture of parity as much (46.0%), the average age of the respondents (30.81%), respondents were primary school education (72.6%) , respondent job is IRT as much (71.5%). Suggestions from the results of this study are expected maternity health workers, especially nurses can provide appropriate interventions in cases KPD


Keywords: the incidence of premature rupture of membranes, maternal



PENDAHULUAN
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum impratu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2011). KPD disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterine atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah inkompetensia serviks (leher rahim) inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar (Manuaba, 2002).
World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyatakan bahwa jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2012 berada pada angka 26 kematian perseribu kelahiran hidup. Target MDGs (Millenium Development Goals) ke-4 diharapkan tahun 2015 yaitu 23/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi di indonesia seperti halnya dinegara lain yaitu asfiksia neonatorum 49-60%, infeksi 24-34%, premature atau BBLR 15-20%, trauma persalinan 2-7%, dan cacat bawaan 1-3% (Manuaba, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Penurunan Angka Kematian Ibu juga merupakan salah satu target pencapaian (MDGs) poin ke 5, dimana target penurunan AKI pada tahun 2015 yang harus dicapai adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara menurut perhitungan eksponensial berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1990-2007, perkiraan AKI di Indonesia pada tahun 2015 baru akan mencapai 161 per 100.000 kelahiran hidup. Usaha-usaha untuk menekan Angka Kematian Ibu  masih menjadi prioritas utama kementrian kesehatan RI. Dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs, pemerintah juga meluncurkan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PPAKI) 2013-2015 (Depkes, 2012).
Angka Kematian Bayi di Jawa Barat pada tahun 2010 sebanyak  487 dari 1000 kelahiran hidup dengan penyebabnya yaitu BBLR, asfiksia, dan infeksi (Dinkes Jabar, 2010). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu pada tahun 2014 sebanyak 54 orang. Dimana penyebab dari kematian tersebut adalah diakibatkan perdarahan 8 orang (14,81%), Eklamsi 24 orang (44,44%), Infeksi sebanyak 5 orang ( 8,93 %), dan sebab lain 20 orang (37,05%) (Dinkes Indramayu, 2014).
Kasus Ketuban Pecah Dini di RSUD Indramayu masih tinggi sebanyak 872 kasus, oleh karena itu diperlukan pencegahan dan penanganan pada kasus KPD. Pencegahan KPD dapat dilakukan dengan cara memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan, menghindari trauma fisik selama kehamilan, dan peningkatan peran serta keluarga dan masyarakat dalam sistem rujukan.
Berdasarkan studi pendahuluan pada Januari sampai Desember 2015, data ibu bersalin di ruang bersalin RSUD Kabupaten Indramayu terdiri dari : KPD sebanyak 872 kasus, sungsang sebanyak 62 kasus, PEB sebanyak 208, IUH sebanyak 101, riwayat Sectio Caesaria (SC) sebanyak 53 kasus, HPP sebanyak 11 kasus, dan Gemeli sebanyak 14 kasus.

METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisa data hasil penelitian secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan perhitungan statistik (Arikuntolo,2006).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosa Ketuban Pecah Dini di ruang gedong gincu I RSUD Indramayu pada tahun 2015 sebanyak 872 persalinan. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang diambil secara proporsional random sampling pada saat penelitian jumlah sempel adalah menggunakan rumus slovin. Jumlah sampel data dalam penelitian ini adalah sebesar 274 pasien yang dirawat di ruang Gedong gincu I bulan Januari s.d Desember. Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang degong gincu I RSUD Indramayu pada tanggal 24 September 2016.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Paritas Dengan Kejadian Ketubsn Pecah Dini di RSUD Indramayu Tahun 2016
Paritas
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1 anak
60
21,9
2-3 anak
88
32,1
> 3 anak
126
46,0
Total
274
100

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa  prosentase responden tertinggi sebanyak 126 (46,0%) responden dengan paritas >3 anak.
Tabel 2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan karakteristik Usia Ibu Bersalin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Indramayu Tahun 2016
Karakteristik
N
Mean
Median
SD
(Min-Max)
95% CI
Usia
274
30,81
35,00
8,058
15-45
29,86-31,77

Berdasarkan tabel 2 menunjukan rata-rata umur responden adalah 30,81 tahun dan nilai standar deviasi adalah 8,058. Umur termuda adalah 15 tahun dan umur tertua 45 tahun. Hasil estimasi interval dapat disimpulakan umur rata-rata responden adalah 29,86 tahun – 31,77 tahun dengan tingkat kepercayaan 95%.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan Ibu Bersalin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Indramayu Tahun 2016

Pendidikan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Dasar (TS, SD)
199
72,6
Menengah (SMP,SMA)
64
23,4
Tinggi (PT)
11
4,0
Total
274
100
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa  prosentase responden tertinggi sebanyak 199 (72,6%) responden ibu bersalin dengan berpendidikan Dasar.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan karakteristik Pekerjaan ibu Bersalin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Indramayu Tahun 2016
Pekerjaan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
IRT
196
71,5
Wiraswata
68
24,8
Pegawai Swasta
6
2,2
PNS
4
1,5
Total
274
100
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa  prosentase responden tertinggi sebanyak 196 (71,5%) responden ibu bersalin bekerja sebagai IRT.

Pembahasan    
Karakteristik Paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di di RSUD Indramayu Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian gambaran paritas di RSUD Kabupaten Indramayu tahun 2016 dapat diketahui responden yang paling banyak menurut paritas >3 anak 126 responden (46,0%) dan yang paling sedikit dengan paritas 1 anak 60 responden (21,9%). Ibu dengan paritas 1 dan  lebih dari 3 anak dalam bersalin lebih rentan mengalami berbagai masalah salah satunya yaitu kondisi KPD.
Hasil penelitian Eka Purwanti (2014) menunjukan bahwa ibu yang mengalami KPD lebih besar pada ibu dengan jumlah paritas < 1 atau >3 yaitu 99 orang (78,0) dibandingkan dengan ibu yang jumlah paritasnya 2-3 yaitu 28 orang (22,0%). Hasil uji statistik menunjukan nilai Odds Ratio (OR) = 1,5 tingkat kepercayaan (CI) 95% yaitu 0,91-2,48. Hasil penelitian ini diketahui paritas yang mempunyai angka kematian lebih tinggi yaitu paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3).
Dalam Wiknjosastro (2005) paritas yang mempunyai angka kematian lebih tinggi yaitu paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3). Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman dilihat dari sudut kematian maternal, resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Dari hasil penelitian gambaran paritas diketahui paling banyak responden dengan paritas >3 anak yaitu 126 responden, tetapi dari semua kategori paritas yang rentan mengalami berbagai masalah persalinan ada dua kategori ibu dengan paritas 1 dan lebih dari 3 anak yang masing-masing diketahui sebanyak 60 (21,9%) responden dengan paritas 1 anak dan 126 (46,0%) responden dengan paritas lebih dari 3 anak. Hasil penelitian diketahui bahwa paritas ibu bersalin terbanyak adalah multipara, hal ini terjadi karena kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 terlalu, terlalu banyak anak/paritas, terlalu rapat jarak kelahiran < 2 tahun, terlalu tua, terlalu muda.

Karakteristik Usia ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Indramayu Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian gambaran usia ibu bersalin menunjukan rata-rata umur responden adalah 30,81 tahun dan nilai standar deviasi adalah 8,058. Dengan umur termuda adalah 15 tahun dan umur tertua 45 tahun. Hasil estimasi interval dapat disimpulakan umur rata-rata responden adalah 29,86 tahun – 31,77 tahun dengan tingkat kepercayaan 95%. Dimana usia 30 tahun termasuk kategori 20-35 tahun adalah usia dengan tingkat resiko kehamilan dan persalinan, reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Susilowati (2010), pada ibu bersalin dengan KPD didapatkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu bersalin yang berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 39 ibu bersalin (85,7%) Usia kurang dari 20 tahun tahun lebih dari 35 tahun merupakan golongan resiko tinggi untuk melahirkan. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kelahiran dari primigravida berusia 35 tahun atau sekitar 3% dari semua kelahiran. Ini merupakan resiko lebih tinggi terhadap komplikasi medik dan obstetri.
Dalam hal ini terlihat adanya kesenjangan antara teori dan hasil penelitian karena sebagian besar ibu bersalin dengan KPD berumur antara 20-35 tahun. Dalam masa ini merupakan kurun reproduktif yang sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden mengalami KPD. Hal tersebut disebabkan dalam penelitian ini penulis tidak membandingkan dengan ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Kemungkinan lain bahwa persalinan terbanyak terjadi pada ibu dengan usia reproduksi sehat yaitu 20 – 35 tahun. Kecilnya kasus pada usia < 20 tahun dan > 35 tahun kemungkinan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak menikah dan hamil di usia muda dan semakin sadarnya bahwa hamil/bersalin di usia lanjut dapat menimbulkan penyulit-penyulit yang dapat membahayakan ibu dan bayi.

Karakteristik Pendidikan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Indramayu Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian gambaran pendidikan ibu bersalin di RSUD Kabupaten Indramayu tahun 2016 dapat diketahui responden yang paling banyak menurut tingkat pendidikan ibu bersalin yaitu berpendidikan Dasar (TS, SD)  199 (72,6%) responden dan yang paling sedikit ibu bersalin dengan berpendidikan PT 11 (4,0%) responden. Ibu dengan tingkat pendidikan yang kurang ketika masa kehamilan lebih rentan mengalami berbagai masalah persalinan.
Hasil penelitian agustin (2013) menunjukan bahwa lebih dari setengahnya (60,48%) responden memiliki pendidikan dasar.  Dan yang paling sedikit ibu dengan berpendidikan tinggi “akademi, perguruan tinggi 64 (9,38%) responden.
Tingkat pendidikan sangat berhubungan dengan tingkat pengetahuan, semakin tinggi pendidikan akan semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan. Wanita yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi menciptakan perilaku kesehatan yang kondusif untuk kesehatan, artinya responden menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan dan bagaimana menghindari atau  mencegah hal-hal yang merugikan (Notoatmodjo, 2007).
Hal Ini menggambarkan dimana tingkat pendidikan yang rendah merupakan kurangnya kesadaran dan pengetahuan sehingga dapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan bagi kesehatan, sedangkan pendidikan ibu bersalin dengan berpendidikan tinggi adalah yang paling sedikit yaitu sebanyak PT 11 (4,0%) responden dibandingkan dengan responden yang paling banyak yaitu berpendidikan Dasar (TS, SD) 199 (72,6%). Diharapkan ibu hamil mempunyai keinginan tinggi untuk mengunjungi Posyandu atau instansi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan pada masa kehamilan guna mencegah terjadinya kondisi patologis KPD ketika masa kehamilan.

Karakteristik Pekerjaan ibu beerrsalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Indramayu Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian gambaran pekerjaan ibu bersalin di RSUD Kabupaten Indramayu tahun 2016 dapat diketahui responden yang paling banyak menurut pekerjaan ibu bersalin yaitu sebagai IRT sebanyak 196 (71,5%) responden dan yang paling sedikit pekerjaan ibu bersalin yaitu sebagai pegawai PNS 4 (1,5%) responden. Ibu dengan pekerjaan yang berat seperti halnya Ibu Rumah Tangga, pekerjaan yang berat dapat membahayakan kehamilannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian badrul aini (2009) proporsi pekerjaan tertinggi adalah ibu rumah tangga 54,5% dan yang paling sedikit pekerjaan ibu bersalin yaitu sebagai pegawai wiraswasta 5,0%. Kejadian Ketuban Pecah Dini dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja, hal ini dapat dijadikan acuan bagi ibu hamil agar selama masa kehamilan mengurangi pekerjaan yang berat (Nursalam, 2002).
Ini menggambarkan pekerjaan ibu bersalin diketahui responden yang paling banyak menurut pekerjaan ibu bersalin yaitu sebagai IRT sebanyak 196 (71,5%) responden dan yang paling sedikit pekerjaan ibu bersalin yaitu sebagai pegawai PNS 4 (1,5%) responden. Sehingga ibu bersalin dengan pekerjaan Ibu Rumah Tangga pada masa kehamilan lebih rentan mengalami masalah persalinan yang dikarenakan kontraksi terjadi lebih sering ketika bekerja terlalu berat yang salah satunya yaitu ketuban pecah dini.    

SIMPULAN
Berdasarkan analisa data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1)   Gambaran paritas dengan kejadian ketuban pecah dini RSUD indramayu tahun 2016 sebanyak (46,0%) termasuk kategori >3
2)   Gambaran Usia ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD indramayu tahun 2016 rata-rata umur responden (30,81 %) 
3)   Gambaran Pendidikan ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD indramayu tahun 2016 sebanyak sebanyak (72,6%) termasuk kategori SD (Sekolah Dasar).
4)   Gambaran pekerjaan ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD indranayu tahun 2016.(71,5) termasuk kategori IRT (Ibu Rumah Tangga).

SARAN
1.    Bagi Ibu hamil
Diharapkan ibu hamil mempunyai keinginan tinggi untuk mengunjungi Posyandu atau instansi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan pada masa kehamilan guna mencegah terjadinya kondisi patologis KPD ketika masa kehamilan.
2.    Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan perawat maternitas khususnya dapat memberikan intervensi secara tepat pada kasus KPD. Memaksimalkan pemanfaatan penanggulangan ketuban pecah dini agar dapat diketahui manfaatnya bagi ibu bersalin serta dapat mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi.
3.    Bagi Penelitian Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar berkolaborasi dengan pihak rekam medik dan petugas kesehatan maternitas di Rumah Sakit guna dapat lebih mendapati data-data dan karakteristik masalah kehamilan yang menyebabkan penurunan derajat kesehatan. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi reverensi bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini. Saran untuk penelitian lanjut adalah meneliti faktor faktor yang berhubungan dengan ketuban pecah dini pada ibu bersalin.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
                     
Departemen kesehatan. Angka kematian ibu. 2012.
              (diakses tanggal 19 mei 2016, jam 22:09 Wib)

DinKes Kabupaten Indramayu. Angka kematian ibu dan bayi. 2014.
              (diakses tanggal 15 juni 2016, jam 17:00 Wib)

Notoatmodjo,S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta

Nugroho. 2011. Buku Ajar Obstetri, Yogyakarta. Nuha Medika

Nursalanm. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : salemba medika



Manuaba, 2002. Konsep Obstetrik Dan Ginekologi Sosial Indonesia, jakarta, EGC
_______, IB, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta. EGC.
Winkjosastro H. 2005. Buku Acuan Nasiaonal Pelayanan Kesehatan Dan Neonatal. Jakarta. Salemba Medika. Hidayat AA. 2009. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta. EGC.





0 comments