LAPORAN
PENDAULUAN
ISPA
PADA ANAK
A. KONSEP
MEDIS
1. Definisi
ISPA atau infeksi
saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran
pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15).
2. Etilogi
a. Bakteri
dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan
masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung.
b. Biasanya
bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
c. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
d. Beberapa
faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.
e. ISPA
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
3. Patofisiologi
Perjalanan klinis
penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus
sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal
maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan
(Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).
Perjalanan alamiah
penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
Ø Tahap
prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
Ø Tahap
inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
Ø Tahap
dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk.
Ø Tahap
lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
4. Manifestasi
Klinis
Ø Tanda
dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
a. Batuk
b. Nafas
cepat
c. Bersin
d. Pengeluaran
sekret atau lendir dari hidung
e. Nyeri
kepala
f. Demam
ringan
g. Tidak
enak badan
h. Hidung
tersumbat
i.
Kadang-kadang sakit saat menelan
Ø Tanda-tanda
bahaya klinis ISPA
a. Pada
sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada
sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
c. Pada
sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada
hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak
5. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan kultur dan
biopsi adalah proses yang paling sering digunakan dalam menegakkan diagnosis
pada gangguan pernapasan atas.
Ø Kultur
: Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang
menyebabkan faringitis.
Ø Biopsi
: Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh,
dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan
rongga hidung.
Ø Pemeriksaan
pencitraan termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan,
pemeriksaan dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik).
Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan
diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi.
6. Penatalaksanan
Pedoman penatalaksanaan
kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan
berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa,
serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan
minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Ø Menjaga
keadaan gizi agar tetap baik.
Ø Immunisasi.
Ø Menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan.
Ø Mencegah
anak berhubungan dengan penderita ISPA
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Ø Menigkatkan
istirahat minimal 8 jam perhari
Ø Meningkatkan
makanan bergizi
Ø Bila
demam beri kompres dan banyak minum
Ø Bila
hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
Ø Bila
badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Ø Bila
terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
Penatalaksanaan Medis
Ø Medikasi
: gunakan semprot hidung atau tetes hidung dua atau tiga kali sehari atau
sesuai yang diharuskan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat.
Ø Diberikan
antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri.
7. Komplikasi
SPA (saluran pernafasan
akut ) sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 ±
6 hari jika tidak terjaidi infasi kuman lain, tetapi penyakit ispa yang tidak
mendapatkan pengibatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti
: sinusitis paranosal, penutupan tuba eustachii, laryngitis, tracheitis,
bronchitis, dan brhoncopneumonia dan berlanjut pada kematian karna adanya
sepsis yang meluas
B. KONSEP
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Identitas
Pasien
Meliputi : nama, umur,
jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no.
MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama, alamat,
dan lain-lain.
b. Riwayat
Kesehatan
Ø Riwayat
penyakit sekarang
biasanya
klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan
sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
Ø Riwayat
penyakit dahulu
biasanya
klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
Ø Riwayat
penyakit keluarga
Menurut
anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.
Ø Riwayat
social
Klien
mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
c. Pemeriksaan
fisik
Ø Keadaan
Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
Ø Tanda
vital :
Ø Kepala
: Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah
ada kelainan atau lesi pada kepala
Ø Wajah
: Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
Ø Mata
: Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
Ø Hidung
: Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
Ø Mulut
: Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan,
apakah ada kesulitan dalam berbicara.
Ø Leher
: Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis
Ø Thoraks
: Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. Pemeriksaan Fisik Difokuskan
Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
Ø Inspeksi
Membran mukosa- faring
tamppak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan
dan edema
Tampak batuk tidak
produktif
Tidak ada jaringan
parut dan leher
Tidak tampak penggunaan
otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung
Ø Palpasi
Adanya demam
Teraba
adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
Tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tyroid
Ø Perkusi
Suara paru normal
(resonance)
Ø Auskultasi
Suara nafas terdengar
ronchi pada kedua sisi paru
Ø Abdomen
: Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri
tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising
usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
Ø Genitalia
: Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada
wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia
mayora.
Ø Integumen
: Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
Ø Ekstremitas
atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b.
Ketidakefektifan Pola Nafas
c.
Gangguan pertukaran gas
d.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
e.
Hipertermi
f.
Nyeri akut
3. Intervensi
Keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Bersihan
jalan napas tidak efektif
Definisi :
Ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan
Karakteristik:
Ø Dispneu,
Penurunan suara nafas
Ø Orthopneu
Ø Cyanosis
Ø Kelainan suara
nafas (rales, wheezing)
Ø Kesulitan
berbicara
Ø Batuk, tidak efekotif
atau tidak ada
Ø Mata melebar
Ø Produksi
sputum
Ø Gelisah
Ø Perubahan
frekuensi dan irama nafas
Faktor-Faktor
yang berhubungan:
Ø Lingkungan :
merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
Ø Fisiologis :
disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas,
asma.
Ø Obstruksi
jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda
asing di jalan nafas.
|
NOC:
Ø Respiratory
status : Ventilation
Ø Respiratory
status : Airway patency
Ø Aspiration
Control
Tujuan
dan Kriteria Hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam bersihan jalan napas tidak efektof teratasi/ berkurang dengan
indicator :
Ø Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
Ø Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Ø Mampu
mengidentifikasi-kan dan mencegah factor yang dapat menghambat
jalan nafas
|
NIC
Airway
Manajemen
1.
Monitor status oksigen pasien
2.
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suctioning.
3.
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
4.
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
5.
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal
6.
Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
7.
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll. Airway
Management
8.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
9.
Monitor respirasi dan status O2
10.
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
11.
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
12.
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
jawthrust bila perlu
13.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
14.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
15.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
16.
Berikan bronkodilator bila perlu
HE
17.
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
18.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
19.
Informasikan pada klien dan keluarga tentang
suctioning
|
2.
|
Ketidakefektifan
Pola Nafas
Definisi
inspirasi
dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang adekuat
batasan
karakteristik
Ø Penurunan
kapasitas vital
Ø Penurunan
tekanan inspirasi
Ø Penurunan
tekanan ekspirasi
Ø Perubahan
gerakan dada
Ø Napas dalam
Ø Napas cuping
hidung
Ø Fase ekspirasi
yang lama
Ø Penggunaan
otot-otot bantu untuk bernapas
Faktor
yang berhubungan
Ø Posisi tubuh
Ø Deformitas
dinding dada
Ø Kerusakan
kognitif
Ø Kerusakan musculoskeletal
Ø Disfungsi
neuromuskular
|
Status
Pernapasan: Kepatenan Jalan Napas
Status
Pernapasan: Ventilasi
Status
Tanda-Tanda Vital
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam klien dapat menunjukkan efektifnya
pola nafas dengan kriteria hasil:
Ø Klien tidak
menunjukkan sesak nafas
Ø Tidak adanya
suara nafas tambahan
Ø Klien
menunjukkan frekuensi nafas dalam rentang normal
Ø Perkembangan
dada simetris
Ø Tidak
menggunakan otot pernafasan tambahan
|
Memfasilitasi
Jalan Nafas
Ø Membuka jalan
nafas dengan cara dagu diangkat atau rahang ditinggikan.
Ø Memposisikan
pasien agar mendapatkan ventilasi yang maksimal.
Ø Mengidentifikasi
pasien berdasarkan penghirupan nafas yang potensial pada jalan nafas
Ø Memberikan
terapi fisik pada dada
Ø Mengeluarkan
sekret dengan cara batuk atau penyedotan
Ø Mendengarkan
bunyi nafas, mancatat daerah yang mangalami penurunan atau ada tidaknya
ventilasi dan adanya bunyi tambahan
Ø Memberikan
oksigen yang tepat
Pemantauan
pernafasan
Ø Monitor
tingkat, irama, kedalaman, dan upaya bernapas
Ø Catat
pergerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot bantu, dan retraction
otot intercostals dan supraclavicular
Ø Palpasi ekspansi
paru-paru di kedua sisi (kiri-kanan)
Ø Tentukan
kebutuhan untuk suction
Ø Monitor bila
ada kelelahan dari otot diafragma
Ø Lakukan
pengobatan terapi pernapasan (seperti nebulizer) jika dibutuhkan
Peningkatan
Batuk
Ø Memeriksa
hasil tes fungsi paru-paru, bagian dari kapasitas vital, kekuatan inspirasi
maksimal, kekuatan volume ekspirasi dalam 1 detik (FEV1), dan FEV1/FVO2
Ø Pada waktu
pasien batuk, perut bagian bawah xiphoid dipadatkan dengan telapak tangan
ketika membantu pasien untruk fleksi
Ø Menginstruksikan
pasien untuk batuk yang dimulai dengan penghirupan nafas secara maksimal
Ventilasi
Mekanik
Ø Memeriksa
kelelahan otot pernafasan
Ø Memeriksa
gangguan pada pernafasan
Ø Merencanakan
dan mengaplikasikan ventilator
Ø Memeriksa
ketidakefektifan ventilasi mekanik baik keadaan fisik maupun mekanik
Ø Memastikan
pertukaran ventilasi setiap 24 jam
Pemeriksaan
Tanda-tanda Vital
Ø Memeriksa
tekanan darah ,nadi, suhu tubuh, dan pernapasan dengan tepat.
Ø Mencatat
kecenderungan dan pelebaran fluktuasi dalam tekanan darah.
Ø Mendengarkan
dan membandingkan bunyi tekanan darah di kedua lengan dengan tepat.
Ø Memeriksa
dengan tepat tekanan darah denyut nadi, dan pernapasan sebelum, selama, dan
sesudah beraktivitas.
Kolaborasi
Ø Pemberian obat
anti lumpuh, obat bius, dan narkotik analgesic
HE
Ø Menginstruksikan
bagaimana batuk yang efektif
Ø Mengajarkan
pasien bagaimana penghirupan
|
3.
|
Gangguan
Pertukaran gas
Definisi
: Kelebihan atau kekurangan dalamoksigenasi dan atau pengeluaran
karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli
Batasan
karakteristik :
Ø Gangguan
penglihatan
Ø Penurunan CO2
Ø Takikardi
Ø Hiperkapnia
Ø Keletihan
Ø Somnolen
Ø Iritabilitas
Ø Hypoxia
Ø Kebingungan
Ø Dyspnoe
Ø nasal faring
Ø AGD Normal
Ø Sianosis
Ø warna kulit
abnormal (pucat, kehitaman)
Ø Hipoksemia
Ø Hiperkarbia
Ø sakit kepala
ketika bangun
Ø frekuensi dan
kedalaman nafas abnormal
Faktor
faktor yang berhubungan :
Ø ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
Ø perubahan
membran kapiler-alveolar
|
Ø Respiratory
Status : Gas exchange
Ø Respiratory
Status : ventilation
Ø Vital Sign
Status
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan tidak terjadi
gangguan pertukaran gas dengan Kriteria Hasil :
Ø Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Ø Memelihara
kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress Pernafasan
Ø Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
Ø Tanda tanda
vital dalam rentang norma
|
Airway
Management
1.
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
2.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
4.
Pasang mayo bila perlu
5.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
8.
Lakukan suction pada mayo
9.
Berika bronkodilator bial perlu
10.
Barikan pelembab udara
11.
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12.
Monitor respirasi dan status O2
13.
Respiratory Monitoring
14.
Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasiCatat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
15.
Monitor suara nafas, seperti dengkur
16.
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
17.
Catat lokasi trakea
18.
Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
19.
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
20.
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
21.
auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
|
4.
|
Resiko
Ketidakseimbangan nutrisi tubuh : kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi
Ketidakseimbangan
nutrisi adalah resiko asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan metabolik.
Batasan
Karakteristik
Ø Persepesi
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Ø Kekurangan
makanan
Ø Tonus otot
buruk
Ø Kelemahan otot
yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah
Faktor
yang berhubungan
Ø Ketidakmampuan
untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap nurtien akibat faktor
biologi :
Ø Penyakit
kronis
Ø Kesulitan
mengunyah atau menelan
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam klien menunjukkan nutrisi
sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil:
Ø Laporkan
nutrisi adekuat
Ø Masukan
makanan dan cairan adekuat
Ø Energi adekuat
Ø Massa tubuh
normal
Ø Ukuran
biokimia normal
Dengan
skala :
1
= Sangat kompromi
2
= Cukup kompromi
3
= Sedang kompromi
4
= Sedikit kompromi
5
= Tidak kompromi
|
Nutritiont
Management
1.
Kaji makanan yang disukai oleh klien
2.
Kaji adanya alergi makanan
3.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
4.
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
5.
Pantau adanya mual atau muntah.
6.
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
7.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
8.
Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
9.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat
bagi anak dengan sindrom nefrotik.
Weight
Managemen
10.
Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara
intake makanan, latihan, peningkatan BB dan penurunan BB.
11.
Diskusikan bersama pasien mengani kondisi medis
yang dapat mempengaruhi BB
12.
Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya
hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB
13.
Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang
berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan BB
14.
Perkirakan BB badan ideal pasien
Weight
reduction Assistance
15.
Fasilitasi keinginan pasien untuk menurunkan BB
16.
Perkirakan bersama pasien mengenai penurunan BB
17.
Tentukan tujuan penurunan BB
18.
Beri pujian/reward saat pasien berhasil mencapai
tujuan
HE
Dorong
pasien untuk merubah kebiasaan makan
19.
Ajarkan pemilihan makanan
20.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
21.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
vitamin C
22.
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
23.
Anjurkan klien untuk makan sedikit namun sering.
24.
Anjurkan keluarga untuk tidak membolehkan anak
makan-makanan yang banyak mengandung garam.
|
5.
|
hipertermi
Definisi
: suhu tubuh naik diatas rentang normal
Batasan
Karakteristik:
- kenaikan
suhu tubuh diatas rentang normal
- serangan
atau konvulsi (kejang)
- kulit
kemeraha
- pertambahan
RR
- takikardi
- saat
disentuh tangan terasa hangat
Faktor
faktor yang berhubungan :
- penyakit/
trauma
- peningkatan
metabolisme
- aktivitas
yang berlebih
- pengaruh
medikasi/anastesi
- ketidakmampuan/penurunan
kemampuan untuk berkeringat
- terpapar
dilingkungan panas
- dehidrasi
- pakaian
yang tidak tepat
|
Thermoregulation
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali
normal dengan Kriteria Hasil :
- Suhu
tubuh dalam rentang normal
- Nadi
dan RR dalam rentang normal
- Tidak
ada perubahan warna kulit dan
tidak
ada pusing
|
Fever
treatment
- Monitor
suhu sesering mungkin
- Monitor
warna dan suhu kulit
- Monitor
tekanan darah, nadi dan RR
- Monitor
penurunan tingkat kesadaran
- Monitor
WBC, Hb, dan Hct
- Monitor
intake dan output
- Berikan
anti piretik
- Berikan
pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
- Selimuti
pasien
- Berikan
cairan intravena
- Kompres
pasien pada lipat paha dan aksila
- Tingkatkan
sirkulasi udara
- Berikan
pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature
regulation
- Monitor
suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan
monitoring suhu secara kontinyu
- Tingkatkan
intake cairan dan nutrisi
- Ajarkan
pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Vital
sign Monitoring
- Monitor
TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor
pola pernapasan abnormal
- Monitor
suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor
sianosis perifer
- Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
6.
|
Nyeri
akut
Definisi:
Sensori
yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional):serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan
karakteristik:
ü Mengungkapkan
secara verbal atau melaporkan dengan isyarat
ü Posisi
untuk menghindari nyeri
ü Mengkomunikasikan
deskriptor nyeri (misalnya rasa tidak nyaman).
Faktor
yang berhubungan :
ü Agen-agen
penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik dan psikologis.
|
NOC
:
v Pain
Level,
v pain
control,
v comfort
level
Tujuan
dan kriteria hasil :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri berkurang atau
terkontrol.
· Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
· Menggunakan
tehnik nonfarmakologi
· untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
· Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
· Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
· Menyatakan
rasa nyaman setelah
· nyeri
berkurang
· Tanda
vital dalam rentang normal
|
NIC
Pain
Management
1. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
dan
faktor presipitasi
2. Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kaji
kultur yang mempengaruhi respon nyeri
4. Kaji
tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
5. Monitor
penerimaan klien tentang manajemen nyeri
6. Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
7. Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
8. Kurangi
faktor presipitasi nyeri
9. Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
10. Tingkatkan
istirahat
11. Pilih
dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi dan inter personal)
12. Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
13. Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic
Administration
14. Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
15. Cek
instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
16. Cek
riwayat alergi
17. Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
18. Pilih
analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
19. Evaluasi
efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
20. Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
21. Tentukan
analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
22. Pilih
rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
23. Berikan
analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
HE
:
24. Instrusikan
pasien untuk menginformasikan kepada peraway jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai
25. Informasikan
kepada klien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang disarankan.
26. Berikan
informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
|
DAFTAR
ISI
Brunner and Suddarth’s. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta :
EGC.
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.
Price A, Sylvia, dkk, 2012. Patofisiologi
Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. EGC: Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.
Jakarta: EGC.
0 comments