Kejang
a.
Konsep Dasar
kejang pada bayi baru
lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak
atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidak matangan pada organisasi
korteks pada bayi baru lahir. Kejang umumtonik klonik jarang pada bayi baru
lahir. Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiper
aktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus otot hilang di sertai atau tidak dengan hilangnya
kesadaran, gerakan yang tidak menentu (involuntary
movements), nistagmus atau mata mengkedip-ngedip paroksismel, gerakan
seperti mengunyah dan menelan (venomena oral dan bukal), bahkan apnu. Oleh
karena manispestasi klinik yang berbeda dan bervariasi, sering kali kejang pada
bayi baru lahir tidak di kenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip,
setiap gerakan yang tidak bisa pada bayi baru lahir apa bila berangsur
berulang-ulang dan periodic, harus dipikirkan kemungkinan merupakan manifestasi
kejang.
Kejang pada neonates
didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah
laku, motorik atau fungsi otonom. Periode Bayi Baru Lahir (BBL) dibatasi sampai
hari ke-28 kehidupan pada bayi cukup bulan, dan untuk bayi premature, batasan
ini biasanya digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.
Kebanyakan kejang pada
BBL. Timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan
mengalami kejang lanjutan dalam
kehidupanya kelak. Kejang p0ada neonates relative sering dijumpai de3ngan manifestasi klinis yang bervariasi. Timbulnya sering merupakan
gejala awal dari gangguan neurologi dan
dapat terjadi gangguan pada kognitif dan
perkembangan jangka panjang . insiden kejang pada neonates di Amerika serikat
belum diketahui dengan jelas, diperkirakan adalah 80-120 pada setiap 100.000
neonatus setiap tahun.
b.
Penyebab kejang
neuron dalam Susunan
Saraf Pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari masuknya kalium
dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi
depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang terus menerus berlebihan.
Volpe mengemukakan
empat kemungkinan alas an terjadinya depolarisasi yang berlebihan yaitu: (a)
Gagalnya pompa natrium kalium karena gangguan produksi energy, (b) Selisih
relative antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi, (c) Defisiensi relative
neurotransmitter inhibisi disbanding eksitasi, (d) Perubahan membrane neuron
menyebabkan hambatan gerakan natrium, (e) Tetapi dasar mekanisme kejang pada
neonates masih belum dapat diketahui dengan jelas.
Ada banyak penyebab
kejang pada neonates, yaitu:
1) Bayi
tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering. Timbul
dalam waktu 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2) Perdarahan
otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada
kepala. Perdarahan subdural yang biasanya diakibatkan oleh trauma dapat
menimbulkan kejang.
3) Gangguan
metabolic, seperti: a) kekurangan kadar gula darah ( Hipoglikomia), sering
timbul dengan gangguan pertumbuhan dalam
kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita diabetes militus (DM). jangka
waktu antara hipoglikemia yang pendek. b) kekurangan kalsium (hipokalsemia),
sering ditemukan pada bayi berat lahir rendah, bayi dengan penderita
hoperparatiroidisme, c) kekurangan natrium (hiponatremia), d) kelebihan natrium
(Hipernatremia), biasanya timbul bersamaan dengan dehidrasi atau pemakaian
bikarbonat berlebihan.
4) Kelainan
metabolic lain seperti: a) ketergantungan periodiksin mengakibatkan kejang yang
resistsn terhadap antikonvulsan. Bayi dengan kelainan ini mengalami kejang
intaruterin dan lahir dengan meconium staining, b) gangguan asam amino: kejang
pada bayi dengan gangguan asam amino sering disertai dengan manifestasi
neurologi. Hiperamonemia dan asidosis sering timbul pada gangguan asam amino.
5) Infeksi
sekunder akibat bakteri atau nonbakteri dapat timbul pada bayi dalm kandungan,
selama persalianan, atau pada periode perinatal: a) infeksi bakteri Meningitis
akibat infeksi group B Streptococus, Escherechiacoli, atau listeria
monocytogenes, Escherechia coli, atau listeria monocytogenes sering menyertai
kejang selama minggu pertama kehidupan, b) infeksi nonbacterial penyebab
nonbacterial seperti toxoplasmosis dan infeksi oleh herpessimplex,
cytomegalovirus, rubella dan coxackie B virus dapat menyebabkan infeksi
intrakarnial dan kejang.
c.
Penatalaksanaan Kejang
1) Atasi
kejang
2) Sebelum
menmghentikan kejang maka lakukan: semua pakaian ketat dibbuka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
3) Usahakan
agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
4) Pengisapan
lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
5) Segera
berikan diazepam intravena: dosis rata-rata 0,3 mg/kg BB atau diazepam rectal
dosis berat badan kurang dari 10kg, 5 mg, lebih dari 10kg dosis 10mg, jika
kejang tidak berhenti tunggu 15 menit, dapat diulang dengan dosis yanmg sama,
setelah kejang berhenti, maka diberikan dosis awal fenobarbital yakni: pada
neonatus dosis 30mg secara intramuscular, pada bayi umur 1 bulan-1 tahun dosis
50mg intramuscular, pada anak lebih dari satu tahun dosis 75mg secara
intramuscular.
6) Pada
pengobatan pemeliharaan: 4 jam kemudian (setelah kejang berhenti) hari ke-1 dan
ke-2 berikan fenobarbital dosis 9-10mg/kgBB, di bagi dalam dua dosis. Hari
berikutnya fenobarbital 4-5mg/kgBB dibagi dalam dua dosis.
7) Jika
diazepam tidak tersedia, langsung dipakai fenobarbital dengan dosis awal dan
selanjutnya diteruskan denagan pengobatan pemeliharaan.
8) Bidan
boleh memberikan anti kejang jika sudah dilakukan kolaborasi dengan dokter.
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita/Ai Yeyeh Rukiyah, S,Si.T,MKM, Lia Yulianti, Am,Keb,
MKM, Jakarta: TIM, 2012
0 comments