(SATUAN ACARA PENYULUHAN)
A.
Pokok
Bahasan :
HIV dan AIDS
B.
Sub
Pokok Bahasan:
Ø Pengertian
HIV dan AIDS
Ø Etiologi
Ø Patofisiologi
Virus HIV/AIDS
Ø Manifestasi
Klinis
Ø Komplikasi
Ø Pemeriksaan
Penunjang
Ø Tata
Laksana HIV
Ø Cara
Pencegahan HIV/AIDS
Ø Pengobatan
HIV/AIDS
C.
Pemateri
:
Iin Suparti
D.
Tujuan
Instruksional Umum:
Setelah mendapatkan penjelasan tentang HIV/AIDS
selama
100 menit, diharapakan
audience dapat mengetahui dan
mengerti tentang HIV/IADS.
E.
Tujuan
Instruksional Khusus:
Setelah mendapatkan penjelasan
tentang HIV/AIDS diharapkan masyarakat
mampu:
1. Mengetahui pengertian HIV/AIDS serta
memahami bahayanya.
2. Mengetahui dan memahami
patofisiologi virus HIV.
3. Mengetahui dan mendeskripsikan
manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang dalam menangani penularan virus
HIV/AIDS.
F.
Kegiatan
penyuluhan
No.
|
Kegiatan pemateri
|
Kegiatan Audience
|
Waktu
|
Metode dan Media
|
|
1
|
Pembukaan
|
|
|
|
|
Sambutan dan salam
|
Memperhatikan
dan mengucapkan salam
|
5 menit
|
Ceramah
|
||
Menjelaskan
cakupan materi
yang akan dijelaskan
|
Memperhatikan
|
5 menit
|
Ceramah
|
||
Menelaskan
manfaat dan relefansi pokok bahasan
|
Memperhatikan
|
5 menit
|
Ceramah
|
||
Menjelaskan
tujuan instruksional umum
|
Memperhatikan
|
5 menit
|
Ceramah
|
||
Menjelaskan
tujuan instruksional khusus
|
Memperhatikan
|
5 menit
|
Ceramah
|
||
Melakukan
apersepsi berkaitan dengan materi yang akan di sampaikan
|
Memperhatikan
|
5 menit
|
Ceramah
|
||
2
|
Kegiatan
Inti
|
|
|
|
|
|
Penyampaian materi
tentang :
Ø Pengertian HIV dan AIDS
Ø Etiologi
Ø Patofisiologi Virus HIV/AIDS
Ø Manifestasi Klinis
Ø Komplikasi
Ø Pemeriksaan Penunjang
Ø Tata Laksana HIV
Ø Cara Pencegahan HIV/AIDS
Ø Pengobatan HIV/AIDS
|
Memperhatikan
|
35 menit
|
Ceramah
& infocus
|
|
|
Memberikan
kesempatan audience untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan
|
Tanya
jawab
|
15 menit
|
Tanya
jawab
|
|
|
Memberikan
kesempatan audience untuk memberikan pendapat
|
Sumbang
saran
|
10 menit
|
Tanya
jawab
|
|
|
Menjawab
dan menjelaskan
tentang pertanyaan audience
|
memperhatikan
|
10 menit
|
ceramah
|
|
3
|
Penutup
|
|
|
|
|
|
Menyimpulkan
materi yang sudah dijelaskan
|
memperhatikan
|
5 menit
|
Memperhatikan
|
|
|
Mengucapkan
terima kasih kepada audien atas kesempatan yang telah di berikan.
|
memperhatikan
|
5 menit
|
memperhatikan
|
|
|
Menutup
pertemuan.
|
|
|
|
|
G. Alokasi Waktu :
100
menit
H. Evaluasi :
a.
Jenis : Langsung
b.
Bentuk : Lisan
dan tulisan
c.
Pertanyaan :
1. Apakah pengertian dari HIV/AIDS ?
AIDS
atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang
menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV
2. Bagaimana patofisiologi virus HIV ?
·
Mekanisme
system imun yang normal
·
Penjelasan
dan komponen utama dari siklus hidup virus HIV
·
Tipe
dan sub-tipe dari virus HIV.
·
Efek
dari virus HIV terhadap system imun
·
Cara
penularan HIV/AIDS
3. Bagaimana manifestasi klinik dan
pemeriksaan penunjang dalam penanganan penularan virus HIV/AIDS ?
·
Infeksi HIV Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan
antibodi dan memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau
terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
·
Persisten Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di
leher, ketiak, inguinal, keringat pada waktu malam atau kehilangan berat badan
tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur kandida di mulut.
·
AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada
sistem kekebalan sehingga mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya
dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah,
lesu, demam, diare, yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung
lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah
timbul pada fase kedua.
·
Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh
sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal
sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes
yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf
pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan
lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.
I. Materi Penyuluhan :
1. Pengertian
HIV/AIDS
AIDS atau
Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang
menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak oleh virus HIV.
Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena bebrbagai jenis
infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik.
Selain itu penderita AIDS sering kali menderita keganasan,khususnya sarcoma
Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang otak. Virus HIV adalah retrovirus yang
termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan
RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selam periode
inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh
dengan periode imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan
munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun
dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+
dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu, virus tersebut
menghancurkan CD4+ dan limfosit.
Secara
structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran
terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan
structural. Tiga gen tersebut yaitu gag,
pol, dan env. Gag berarti group
antigen, pol mewakili polymerase, dan
env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffmann, Rockhstroh,
Kamps,2006). Gen gag mengode protein
inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease,
integrase. Gen env mengode komponen
structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga
penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
a.
Siklus Hidup HIV
Sel pejamu
yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal ini berarti
HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk mereplikasi diri.
Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan
tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit pada 24 jam pertama
setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa
dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah papran,
dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat dibagi
menjadi 5 fase, yaitu :
·
Masuk
dan mengikat
·
Reverse transkripstase
·
Replikasi
·
Budding
·
Maturasi
b.
Tipe HIV
Ada
2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2.
HIV-1
bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype dari
HIV-1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan kelompok
spesifik resiko tinggi
Individu
dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe HIV-1 dan
distribusi geografisnya:
1) Sub tipe A: Afrika tengah
2) Sub tipe B: Amerika
selatan,brasil,rusia,Thailand
3) Sub tipe C: Brasil,india,afrika
selatan
4) Sub tipe D: Afrika tengah
5) Sub tipe E:Thailand,afrika tengah
6) Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire
7) Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand
8) Sub tipe H: Zaire,gabon
9) Sub tipe O: Kamerun,gabon
10) Sub tipe C sekarang ini terhitung
lebih dari separuh dari semua infeksi HIV baru d seluruh dunia
2. Etiologi
HIV ialah
retrovirus yang di sebut lymphadenopathy Associated virus (LAV) atau human
T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111)
yang juga di sebut human T-cell lymphotrophic virus (retrovirus) LAV di temukan
oleh montagnier dkk. Pada tahun 1983 di prancis, sedangkan HTLV-111 di temukan
oleh Gallo di amerika serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini
ternyata banyak di temukan di afrika tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet
hijau afrika,70% dalam darahnya mengandung virus tersebut tampa menimbulkan
penyakit. Nama lain virus tersebut ialah HIV.
Hiv
TERDIRI ATAS hiv-1 DAN hiv-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri atas dua untaian
RNA dalam inti protein yang di lindungi envelop lipid asal sel hospes.
Virus AIDS
bersifat limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel darah putih
spesifik yang di sebut limposit T-helper atau limposit pembawa factor T4 (CD4).
Virus ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah limposit T-helper secara
progresif dan menimbulkan imunodefisiensi serta untuk selanjut terjadi infeksi
sekunder atau oportunistik oleh kuman,jamur, virus dan parasit serta neoplasma.
Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, maka virus tersebut akan berada dalam
tubuh korban untuk seumur hidup. Badan penderita akan mengadakan reaksi
terhapat invasi virus AIDS dengan jalan membentuk antibodi spesifik, yaitu
antibodi HIV, yang agaknya tidak dapat menetralisasi virus tersebut dengan cara-cara
yang biasa sehingga penderita tetap akan merupakan individu yang infektif dan
merupakan bahaya yang dapat menularkan virusnya pada orang lain di
sekelilingnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi oleh virus AIDS hanya sedikit
yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi pada beberapa
orang perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang
full-blown.
3. Patofisiologi
Virus HIV/AIDS
a. Mekanisme system imun yang normal
Sistem
imun melindungi tubuh dengan cara
mengenali bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh, dan bereaksi
terhadapnya. Ketika system imun melemah atau rusak oleh virus seperti virus
HIV, tubuh akan lebih mudah terkena infeksi oportunistik. System imun terdiri
atas organ dan jaringan limfoid, termasuk di dalamnya sumsum tulang, thymus,
nodus limfa, limfa, tonsil, adenoid, appendix, darah, dan limfa.
1) Sel B
Fungsi
utama sel B adalah sebagai imunitas antobodi humoral. Masing-masing sel B mampu
mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan untuk mensekresi
antibodi spesifik. Antibody bekerja
dengan cara membungkus antigen, membuat antigen lebih mudah untuk difagositosis
(proses penelanan dan pencernaan antigen oleh leukosit dan makrofag. Atau
dengan membungkus antigen dan memicu system komplemen (yang berhubungan dengan
respon inflamasi).
2) Limfosit T
Limfosit
T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama yaitu :
a) Regulasi sitem imun
b) Membunuh sel yang menghasilkan
antigen target khusus.
Masing-masing
sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4+, CD8+, dan
CD3+, yang membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+ adalah
sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer sel dan makrofag saat terdapat
antigen target khusus. Sel CD8+ membunuh sel yang terinfeksi oleh
virus atau bakteri seperti sel kanker.
3) Fagosit
4) Komplemen
b. Penjelasan dan komponen utama dari
siklus hidup virus HIV
Secara
structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran
terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan
structural. Tiga gen tersebut yaitu gag,
pol, dan env. Gag berarti group
antigen, pol mewakili polymerase, dan
env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffmann, Rockhstroh,
Kamps,2006). Gen gag mengode protein
inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease,
integrase. Gen env mengode komponen
structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga
penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
Siklus Hidup HIV
Sel pejamu
yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal ini berarti
HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu beru untuk mereplikasi diri.
Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan
tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit pada 24 jam pertama
setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa
dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah papran,
dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat dibagi
menjadi 5 fase, yaitu :
·
Masuk
dan mengikat
·
Reverse transkripstase
·
Replikasi
·
Budding
·
Maturasi
c. Tipe dan sub-tipe dari virus HIV.
Ada 2 tipe
HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 yang HIV-2. HIV-1 bermutasi lebih cepat karena
reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype dari HIV-1 telah d temukan dalam
daerah geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko tinggi
Individu
dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe HIV-1 dan
distribusi geografisnya:
1) Sub tipe A: Afrika tengah
2) Sub tipe B: Amerika
selatan,brasil,rusia,Thailand
3) Sub tipe C: Brasil,india,afrika
selatan
4) Sub tipe D: Afrika tengah
5) Sub tipe E:Thailand,afrika tengah
6) Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire
7) Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand
8) Sub tipe H: Zaire,gabon
9) Sub tipe O: Kamerun,gabon
10) Sub tipe C sekarang ini terhitung
lebih dari separuh dari semua infeksi HIV baru d seluruh dunia.
d. Efek dari virus HIV terhadap system
imun
1) Infeksi Primer atau Sindrom
Retroviral Akut (Kategori Klinis A)
Infeksi
primer berkaitan dengan periode waktu di mana HIV pertama kali masuk ke dalam
tubuh. Pada waktu terjadi infeksi primer, darah pasien menunjukkan jumlah virus
yang sangat tinggi, ini berarti banyak virus lain di dalam darah.
Sejumlah
virus dalam darah atau plasma per millimeter mencapai 1 juta. Orang dewasa yang
baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala
dari sindrom retrovirol akut ini meliputi : panas, nyeri otot, sakit kepala,
mual, muntah, diare, berkeringat di malam hari, kehilangan berat badan, dan
timbul ruam. Tanda dan gejala tersebut biasanya muncul dan terjadi 2-4 minggu
setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan sering
salah terdeteksi sebagai influenza atau infeksi mononucleosis.
Selama
imfeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun dengan
cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4+ yang ada di nodus limfa
dan thymus. Keadaan tersebut membuat
individu yang terinfeksi HIV rentan terkena infeksi oportunistik dan membatasi
kemampuan thymus untuk memproduksi
limfosit T. Tes antibody HIV dengan
menggunakan enzyme linked imunoabsorbent
assay (EIA) akan menunjukkan hasil positif.
e. Cara penularan HIV/AIDS
Virus
HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
1)
Hubungan
seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan
seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan
bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan
vagina, dan darah dapat mengenai selaput lender vagina, penis, dubur, atau
mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah
(PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding
vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran
darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).
2)
Ibu
pada bayinya
Penularan
HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika,
prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru
terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak
20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya
mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama proses persalinan
melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).
3)
Darah
dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat
cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar
ke seluruh tubuh.
4)
Pemakaian
alat kesehatan yang tidak steril
Alat
pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain yang
darah,cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di gunakan
untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.(PELKESI,1995).
5)
Alat-alat
untuk menoleh kulit
Alat tajam
dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat tato,memotong
rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin di pakai
tampa disterilkan terlebih dahulu.
6)
Menggunakan
jarum suntik secara bergantian
Jarum
suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan oleh parah
pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV.
Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga mengguna
tempat penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi untuk
menularkan
HIV tidak
menular melalui peralatan makan,pakaian,handuk,sapu tangan,toilet yang di pakai
secara bersama-sama,berpelukan di pipi,berjabat tangan,hidup serumah dengan
penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk,dan hubungan social yang lain.
4. Manifestasi
Klinis
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem,
malaise, demam yang menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala
dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan
semula, berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa
ahli klinik telah membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :
a. Infeksi HIV
Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan
memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening.
b. Persisten
Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak,
inguinal, keringat pada waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab
yang jelas dan sariawan oleh jamur kandida di mulut.
c. AIDS Relative
Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan
sehingga mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah
oleh kekebalan tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam,
diare, yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama,
kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul
pada fase kedua.
d. Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak,
penderita sangat rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal
sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes
yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf
pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih
dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.
5. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV
oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia
AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel
saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi social.
2) Enselophaty
akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise,
demam, paralise, total / parsial.
3) Infark serebral
kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
4) Neuropati
karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena
bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi,
dan dehidrasi.
2) Hepatitis
karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
3) Penyakit
Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal,
gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii,
cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek
nafas pendek,
batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan,
dan gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes
simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma,
dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1)
Pandangan : Sarkoma Kaposi
pada konjungtiva berefek kebutaan
2)
Pendengaran : Otitis eksternal
akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
6. Pemeriksaan
Penunjang
a. Konfirmasi diagnosis dilakukan
dengan uji antibody terhadap antigen virus structural. Hasil positif palsu dan
negative palsu jarang terjadi.
b. Untuk transmisi vertical (antibody
HIV positif) dan serokonversi (antibody HIV negative), serologi tidak berguna
dan RNA HIV harus diperiksa. Diagnosis berdasarkan pada amflikasi asam nukleat.
c. Untuk memantau progresi penyakit, viral load (VL) dan hitung DC4 diperiksa
secara teratur (setiap8=12 minggu). Pemeriksaan VL sebelum pengobatan
menentukan kecepatan penurunan CD4, dan pemeriksaan pascapengobatan
(didefinisikan sebagai VL <50 kopi/mL). menghitung CD4 menetukan kemungkinan
komplikasi, dan menghitung CD4 >200 sel/mm3 menggambarkan resiko
yang terbatas. Adapun pemeriksaan penunjang dasar yang diindikasikan adalah
sebagai berikut :
Semua pasien CD4
<200 sel/mm3
Antigen permukaan HBV* Rontgen
toraks
Antibody inti HBV+ RNA
HCV
Antibody HCV Antigen
kriptokukus
Antibody IgG HAV OCP
tinja
Antibody Toxoplasma
Antibody IgG sitomegalovirus CD4
<100 sel/mm3
Serologi Treponema PCR
sitomegalovirus
Rontgen toraks Funduskopi
dilatasi
Skrining GUM EKG
Sitologi serviks (wanita) Kultur darah mikrobakterium
1) HAV, hepatitis A, HBV, hepatitis B,
HCV, hepatitis C
2) Antigen/antibody e HBV dan DNA HBV
bila positif.
3) + Antibodi permukaan HBV bila negative dan riwayat imunisasi
4) Bila
terdapat kontak/riwayat tuberculosis sebelumnya, pengguna obat suntik dan
pasien dari daerah endemic tuberculosis.
d. ELISA
(Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay) adalah
metode yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang
tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini memberikan hasil positif 2-3
bulan setelah infeksi.
e. WESTERN
blot adalah metode yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan
sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaanya cukup sulit,
mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
f. PCR
(polymerase Chain Reaction),
digunakan untuk :
1)
Tes HIV pada bayi, karena zat
antimaternal masih ada pada bayi yang dapat menghambat pemeriksaan secara
serologis. Seorang ibu yan menderita HIV akan membentuk zat kekebalan untuk
melawan penyakit tersebut. Zat kekbalan itulah yang diturunkan pada bayi
melalui plasenta yang akan mengaburkan hasil pemeriksaan, seolah-olah sudah ada
infeksi pada bayi tersebut. (catatan : HIV sering merupakan deteksi dari zat
anti-HIV bukan HIV-nya sendiri).
2)
Menetapakan status infeksi individu yang
seronegatif pada kelompok berisiko tinggi.
3)
Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum
terjadi serokonversi.
4)
Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA
mempunyai sensitivitas rendah untuk HIV-2.
5)
Serosurvei, untuk mengetahui prevalensi
pada kelompok berisiko, dilaksanakan 2 kali pengujian dengan reagen yang
berbeda.
6)
Pemeriksaan dengan rapid test (dipstick).
7. Tata Laksana HIV
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan
pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
a. Melakukan
abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
b. Memeriksa
adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi.
c. Menggunakan
pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
d. Tidak bertukar
jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
e. Mencegah
infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV),
maka pengendaliannya yaitu :
a. Pengendalian
Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan,
dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian
infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab
sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT
(Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan
obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c. Terapi
Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang
meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus /
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1) Didanosine
2) Ribavirin
3) Diedoxycytidine
4) Recombinant CD
4 dapat larut
d. Vaksin dan
Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin
dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan
kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
e. Pendidikan
untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari
stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
f. Menghindari
infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
8. Cara
Mencegah HIV/AIDS
Dengan
mengetahui cara penularan HIV/AIDS dan sampai saat ini belum ada obat yang
mampu memusnahkan HIV/AIDS maka lebih mudah melakukan pencegahannya.
a. Prinsip ABCDE yaitu :
A = Abstinence
Puasa
Seks, terutama bagi yang belum menikah
B = Be faithful
Setia
hanya pada satu pasangan atau menghindari berganti-ganti pasangan
C = use Condom
Gunakan
kondom selalui bila sudah tidak mampu menahan seks
D = Drugs No
Jangan
gunakan narkoba
E = Sterilization of Equipment
Selalu
gunakan alat suntik steril
9. Pengobatan
Sampai
saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS. Obat yang ada hanya
memperpanjang hidup penderita. Obat Antiretroviral (ARV) seperti Ziovudin
(ZDV), Didanosin (DDI) dan Satvudin, bukan pengobatan yang menyembuhkan namun
semuanya bekerja menghambat enzimprotase terbaru seperti ritonavir, saquinavir
dan indivinir yang mencegah virus membuat partikel baru. Virus hanya ditekankan
selama obat diminum secara teratur, jika berhenti mengkonsumsi ARV penyakit
akan muncul lahi jadi sekali obat ini diminum seharusnya terus-menerus diminum
seumur hidup. Obat terbaru dan menjanjikan adalah eufufirit yang berfungsi
sebagai penghambar peleburan HIV yang menghalangi virus ini melekat pada sel T.
bila dikonsumsikan dengan obat-obatan yang lain dapat mengurangi muatan viral
hamper 0. Semua obat yang dipakai dalam pengobatan AIDS memiliki efek samping
yang hanya diketahui melalui tes laboratorium termasuk fungsi hati dan anemia
(kurang darah merah)
DAFTAR
PUSTAKA
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya.. Jakarta:
Erlangga Medical Series
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Bandung: Erlangga
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1993. Mikrobiolog Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga
Medical Series
0 comments