What's leprosy ?
Penyakit kusta atau juga dikenali
sebagai penyakit Hansen juga Leprosy, merupakan penyakit berjangkit yang
disebabkan oleh jangkitan Mycobacterium leprae. Nama penyakit Hansen datang
daripada orang yang menjumpai Mycobacterium leprae, G. A. Hansen. Pengidap
penyakit Hansen biasanya dipanggil pesakit kusta atau dalam bahasa Inggeris lepers,
walaupun penggunaan istilah lepers semakin ditinggalkan kerana jumlah pesakit
yang berkurangan dan sebagai mengelak stigma buruk yang dikaitkan dengan
pesakit kusta.
Permulaanya ia merupakan penyakit
granuloma kepada saraf periferi dan membran mukosa yang berada di trek
pernafasan atas; kudis kulit adalah tanda awal luaran. Jika tidak dirawat atau
dilengah-lengahkan rawatan, serangan kusta boleh jadi lebih progresif,
menyebabkan kerosakan kekal pada kulit, saraf, otot dan mata. Berbanding
cerita-cerita rakyat, kusta tidak menyebabkan seluruh bahagian badan jatuh,
walaupun ia menyebabkan bahagian organ badan kebas atau menyebabkan penyakit
dari jangkitan; perkara-perkara ini berlaku apabila sistem pertahanan tubuh
semulajadi telah diserang oleh penyakit awal. Jangkitan kedua, boleh
menyebabkan kehilangan tisu organ, menyebabkan jari dan ibu jari menjadi lebih
pendek dan terbantut, disebabkan kartilej disedut oleh badan.
Pada tahun 1995, Organisasi Kesihatan
Sedunia (WHO) menganggarkan diantara 2 hingga 3 juta orang telah mengalami
masalah kecacatan kekal disebabkan kusta dalam satu-satu masa. 20 tahun yang
lepas, 15 juta orang seluruh dunia telah pulih dari jangkitan kusta.
Kusta dahulunya tidak dapat diubati
dan amat mencacatkan. Pesakit kusta akan disingkir dan diasingkan di penempatan
kusta. Pada masa kini, kusta mudah dirawat dengan menggunakan terapi pelbagai
antibiotik. Cabaran utama bagi usaha menghapuskan penyakit kusta adalah untuk
sampai kepada penduduk yang masih belum menerima perkhidmatan terapi pelbagai
dadah, memperbaiki pengesanan penyakit, dan membekalkan pesakit dengan
perkhidmatan berkualiti tinggi dan dadah yang murah.
Selain manusia, haiwan lain yang
diketahui mengidap kusta adalah armadilo.(baca: tenggiling eksotik). Sumber (https://ms.wikipedia.org)
APA PENYEBAB PENYAKIT KUSTA ?
Penyebab kusta adalah kuman mycobacterium leprae. Dimana
microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang,
dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies
Mycobacterium, berukuran panjang 1 – 8 micro, lebar 0,2 – 0,5 micro biasanya
berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat tahan
asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan
tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu
dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit,
terdapat juga golongan organisme patogen (misalnya Mycrobacterium tuberculosis,
Mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan
lesi jenis granuloma infeksion. Mycobacterium leprae belum dapat dikultur pada
laboratorium.
Kuman Mycobacterium Leprae menular kepada manusia melalui
kontak langsung dengan penderita dan melalui pernapasan, kemudian kuman membelah
dalam jangka 14-21 hari dengan masa inkubasi rata-rata dua hingga lima tahun.
Setelah lima tahun, tanda-tanda seseorang menderita penyakit kusta mulai muncul
antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah, rasa kesemutan bagian anggota
tubuh hingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Cara Penularan Kusta
Meskipun cara penularannya yang pasti belum diketahui dengan
jelas, penularan di dalam rumah tangga dan kontak/hubungan dekat dalam waktu
yang lama tampaknya sangat berperan dalam penularan kusta.
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih
merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh
si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa
penularan penyakit kusta adalah:
Melalui sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi
hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus
dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis,
dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah dan tidak
perlu ditakuti tergantung dari beberapa faktor antara lain :
1. Faktor Kuman kusta
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih
utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada
kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk
batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok
dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu
dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari
tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid)
saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).
2. Faktor Imunitas
Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari
hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang
tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi
sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI,
2002.
3. Keadaan Lingkungan
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan
kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan
meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah
munculnya kusta.
4. Faktor Umur
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate
penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun
dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan
puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.
5. Faktor Jenis Kelamin
Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari
pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki.
Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan
malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.
Upaya Pencegahan Penyakit Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta.
Faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan dapat dicegah.
Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu
cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat
hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari
suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah
kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam
rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab.
Penting sekali kita mengetahui atau mengerti beberapa hal
tentang penyakit kusta ini, bahwa :
Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.
Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin
terkena kusta.
Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain.
Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira
6 bulan secara teratur.
Penanggulangan Penyakit Kusta
Penanggulangan penyakit kusta telah banyak dilakukan
dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang
berguna, mandiri, produktif dan percaya diri. Metode penanggulangan ini terdiri
dari metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi
sosial, rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan
akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak
ada kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang
saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pemberantasan
penyakit kusta melalui :
Penemuan penderita secara dini.
Pengobatan penderita.
Penyuluhan kesehatan di bidang kusta.
Peningkatan ketrampilan petugas kesehatan di bidang kusta.
Rehabilitasi penderita kusta.
Sementara itu di Shandong, Penyakit kusta atau lepra bisa
jadi merupakan salah satu penyakit yang ditakuti karena bisa membuat orang
tersebut menjadi terkucilkan.
Faktor gen kini bisa memberikan penjelasan mengapa ada orang
yang lebih rentan terkena kusta sedangkan yang lain tidak.
Studi yang dilakukan di China dan telah dipublikasikan dalam
New England Journal of Medicine menemukan tujuh mutasi gen yang bisa
meningkatkan kerentanan seseorang terkena kusta. Hal ini bertentangan dengan
apa yang selama ini dipercaya oleh para ahli bahwa kusta bukanlah penyakit yang
diwariskan atau turunan.
“Selama ini orang mengira penyebaran penyakit kusta karena
faktor penularannya, tapi studi kami membuktikan bahwa hal tersebut dipengaruhi
oleh faktor genetika. Jika orangtuanya memiliki penyakit kusta, maka sangat
mungkin si anak juga kena,” ujar peneliti Zhang Furen dari Institute of
Dermatology and Venereology, Provinsi Shandong di timur laut China, seperti
diberitakan dari Reuters.
Selain itu didapatkan pula dalam satu pasangan yang seseorang
menderita kusta tetapi pasangannya tidak terinfeksi meskipun sudah hidup
bersama puluhan tahun. Ini membuktikan bahwa kusta bukanlah penyakit yang
menular, tapi berhubungan dengan sesuatu yang diwariskan.
“Apa yang kami temukan adalah adanya alasan internal. Kami
menemukan tujuh gen yang membuat seseorang rentan terhadap penyakit kusta,
karenanya banyak hal yang harus dilakukan dengan genetika ini,” ungkap Zhang.
Peneliti menganalisis gen dari 706 penderita kusta dan 1.225
orang yang tidak mengidap kusta. Didapatkan tujuh versi mutasi gen yang muncul
pada orang-orang penderita kusta. Lima diantara gen tersebut terlibat dalam
pengaturan sistem kekebalan tubuh.
Zhang menuturkan penyakit kusta memiliki masa inkubasi yang
panjang yaitu antara 8 hingga 10 tahun, setelah terjadi gejala di permukaan
maka penyakit ini akan menyebabkan kerusakan permanen. Nantinya jika seseorang
sudah diketahui memiliki kerentanan terhadap penyakit kusta, maka bisa segera dilakukan
tindakan pencegahan.
Kusta atau biasa disebut dengan penyakit Hansen disebabkan
oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini bisa memberikan efek pada kulit,
selaput lendir, saraf perifer dan mata.
Efek yang diakibatkan menimbulkan kerusakan saraf permanen,
jadi bagi orang yang sudah sembuh nantinya tidak bisa merasakan sakit.
Sedangkan luka yang kecil atau lecet pada jari tangan dan kaki bisa berubah
menjadi radang yang parah dan membuat kondisi hidup tidak sehat.
Meskipun kusta sudah tidak menjadi masalah yang serius di
beberapa negara maju, tapi penemuan ini sangat penting bagi negara berkembang.
Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007 ada sekitar 254.525
kasus kusta baru di daerah tropis dan sub tropis, sedangkan di China sendiri tiap
tahunnya ada 2.000 kasus baru.
Jenis Cacat Kusta
Kelompok pada cacat primer, ialah kelompok cacat yang
disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kerusakan akibat respons
jaringan terhadap kuman Kusta.
Kelompok cacat sekunder, cacat sekunder ini terjadi akibat
cacat primer, terutama akibat adanya kerusakan saraf (sensorik, motorik,
otonom). Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan
gangguan mengenggam atau berjalan, juga memudahkan terjadinya luka. Kelumpuhan
saraf otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. Akibatnya
kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder.
Apakah kusta bisa
disembuhkan?
“Kusta bukan lagi penyakit misterius. Ini penyakit menular
yang bisa dicegah dan diobati. Sebenarnya kita bisa mencegah hanya dengan
berperilaku hidup bersih dan sehat,” ujar Menkes usai Pembukaan Workshop
Pemberdayaan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dan Peresmian Gedung
Pelayanan Poliklinik Kusta Terpadu dalam rangka Peringatan Hari Kusta Sedunia
ke-60, di Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala, Tangerang. Sumber (http://panduanmembuatobattradisional.blogspot.co.id)
0 comments